BMKG: Dampak Gempa Tergantung Kondisi Wilayah

[perfectpullquote align=”left” bordertop=”false” cite=”” link=”” color=”” class=”” size=””]MAJENE, mandarnesia.com — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Majene menilai gempa yang menguncang Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat menunjukkan fenomena tidak biasa.[/perfectpullquote]

Pasalnya, gempa pertama yang terjadi dua hari yang lalu harusnya tidak lagi menimbulkan gempa yang berkekuatan lebih besar dari gempa sebelumnya.

“Data historis, memang kalau gitu harusnya dia makin lama makin menurun. Karena dia (gempa) mengalami proses untuk menuju kestabilan. Cuma ini memang lebih seperti kasus di Lombok Timur dan Kota Palu. Gempanya menurun, menurun, tiba-tiba timbul yang besar,” kata prakirawan BMKG Majene, Arman kepada mandarnesia.com, melalui sambungan telepon, Selasa, (6/11/2018).

Namun hal tersebut dikatakannya mungkin perlu penelitian lebih lanjut. Kenapa bisa seperti itu. Harus diteliti ulang karena data dari tahun ke tahun, gempa selalu menunjukkan penurunan.

Sementara untuk dampak kerusakan atas gempa 5,5 magnitude, ia menyampaikan bergantung terhadap kondisi wilayah tersebut. “Harus diteliti lagi seberapa kuat pergerakan tanah. Karena tiap-tiap tempat itu berbeda konstruksi tanahnya.”

Rilis sebelumnya yang diberitakan mandarnesia.com Selasa, (6/11/2018) pagi tentang adanya rongga tanah di Mamasa seperti di Palu, tidak benar adanya.

Dalam wawancara via telepon narasumber dengan reporter, terdapat distorsi atau gangguan, setelah dilakukan verifikasi wawancara atau percakapan telepon, newsroom memutuskan untuk menyatakan ralat dan permohonan maaf ke publik.

“Ini bagian ralat berita dari kami di mandarnesia. Kami mohon maaf pada semua pihak atas ketidaknyaman tersebut,” ujar Pemimpin Redaksi mandarnesia.com Wahyudi Muslimin, Selasa (6/11/2018) siang.

Reporter: Sudirman Syarif

Ilustrasi : BMKG