MAMUJU – Bisnis Walet akhir – akhir ini mewabah hampir seluruh masyarakat. Tidak hanya yang tinggal di perkotaan saja, tapi juga sudah mewabah ke pedesaan.
Salah salah seorang warga Galung Timur Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju, Samsul (35), menjelaskan, untuk dapat memeliharanya dibutuhkan dana yang tidak sedikit membangun tempat penangkarang walet.
“Untuk satu bangunan saja dengan ukuran 4 x 8 bisa mencapai 60 juta rupiah, tapi bahannya dari karbon,” jelasnya, Rabu (22/2).
Lanjut Samsul, membudidayakan walet harus mampu memahami bagaimana burung betah tinggal, serta rumahnya dibuat sealami mungkin sesuai habitat aslinya. Dengan begitu, banyak yang akan tinggal untuk bersarang.
Sementara itu, Nasruddin warga Galung Timur menuturkan, bisnis sarang walet digeluti sejak 3 tahun silam tepatnya pada tahun 2014. Diawali dengan meminjam uang di Bank sebagai modal awal membuat rumah walet.
“Saya beranikan untuk ambil kredit dengan konsekuensi membayar perbulan. Sedangkan untuk menikmati hasilnya dibutuhkan waktu selama setahun,” tutur Nasruddin yang biasa disapa Alief ini.
Nasruddin menambahkan, untuk harga sarang walet saat ini berkisar 8-9 juta perkilogram. Rata-rata budidaya walet yang dimiliki mampu menghasilkan kurang lebih sekilogram perbulannya.
“Saya sudah menikmati hasilnya sejak satu tahun terakhir. Bahkan saya bangun satu lagi rumah walet ukuran 8 x 12 dengan biaya 135 juta. Mudah-mudahan hasilnya lebih banyak,” pungkasnya dengan nada optimis. (Ayub Kalapadang).