Muliah Hamarong, S.Pd., M.Si. | Guru Mata Pelajaran Matematika SMK Negeri 1 Majene
MENJELANG 50 tahun berkembangnya kalkulator (baca: kalkulator saintifik atau kalkulator ilmiah atau kalkulator sains) menjadi perangkat komputasi bagi para ilmuwan dan insinyur, ternyata bagi peserta didik dan pendidik meraih peluang itu. Yap, menjadikan kalkulator saintifik sebagai salah satu alat bantu proses pembelajaran.
“Memangnya dibenarkan penggunaan kalkulator dalam pembelajaran matematika?”, itu satu contoh tanggapan rekan guru sejawat ketika peluang ini ada. Tanggapan yang lain? Banyak, bahkan banyak sekali dan bervariasi, mulai yang sangat setuju, setuju saja, datar tanpa respon (walaupun datar itu juga merupakan sebuah respon kan?), apriori, dan bahkan dengan tegas menolak (Wah… wah… Seperti RUU-PKS ya?).
Padahal sebelum datangnya era Revolusi Industri 4.0, TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) menawarkan peluang besar untuk memajukan pembangunan manusia melalui penyediaan akses dasar di bidang pendidikan. Bukankah kalkulator merupakan satu diantara sekian banyak TIK?
Sesungguhnya payung hukum penggunaan TIK dalam pembelajaran sudah tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidkan dan Kebudayaan RI No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, sbb.
- Bab I Butir 13: Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran.
- Bab III Butir A. 3. h: Dalam penyusunan RPP hendaknya memperhatikan prinsip; Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Karena payung hukumnya sudah ada, tanpa keraguan, go straight…. Bismillah…
Kalkulator pada awal kemunculannya, sebagain besar hanya digunakan untuk komputasi, yaitu membuat perhitungan aritmetika menjadi lebih efisien. Namun, hari ini kalkulator telah berkembang menjadi media pembelajaran sehingga fungsinya pun tentu berubah. Karenanya, kalkulator dirancang “ramah” bagi peserta didik melalui kemudahan dalam penggunaan dan tampilannya.
Seorang Emeritus Profesor Barry Kissane bersama istrinya yang tercinta Mariam Kemp. Menawarkan sebuah model yang bermanfaat tentang penggunaan kalkulator dalam pendidikan (2014). Mereka menyarankan penggunaan kalkulator yang tidak sebatas sebagai alat hitung saja, sebuah anggapan yang keliru. Penggunaak kalkuator dapat dikelompokkan dalam 4 kategori, yakni Representasi, Komputasi, Eksplorasi, dan Afirmasi.
Sekarang, yuk kita bahas satu per satu.
Representasi
Sebuah kalkulator saintifik mampu merepresentasikan ide-ide matematika dengan baik, biasanya menggunakan istilah-istilah matematika yang lazim dan dikenali secara umum.
Peserta didik Sekolah Menengah khususnya di daerah kami masih kesulitan untuk merepresentasikan suatu bilangan pecahan dalam bentuk yang lain (Pecahan campuran, decimal, atau bentuk eksak dan pendekatan dari suatu pecahan). Nah, dengan menggunakan kalkulator saintifik peserta didik sangat terbantu untuk merepresentasik suati bilangn pecahan.
Perhatikan gambar Lembar Investigasi berikut!

Pada gambar jelas terlihat bahwa suatu bilangan dapat diekpresikan dengan berbagai cara. Peserta didik akan mampu memahami makna pecahan dan decimal, mereka akan belajar tentang pecahan setara. Dan tentu masih banyak yang lain, termasuk merepresentasikan ide yang lebih kompleks.
Komputasi
Kalkulator saintifk memungkinkan peserta didik untuk menyelesaikan perhitungan yang kompleks jika dikerjakan secara manual.













