Baret Pramuka Mengapa ke Kanan

Adi Arwan Alimin dan di Samping Kanan Muhammad Syahid bersama tim dari Polewali Mamasa Beberapa tahun silam di Buper Belokka Sidenreng Rappang, saat Raimuda Daerah Sulsel. Kami saat itu merebut Juara 1 Asah Terampil Pramuka atau Cerdas Cermat tingkat Sulawesi Selatan. (Foto: FB Ad Arwan Alimin)
Adi Arwan Alimin dan di Samping Kanan Muhammad Syahid bersama tim dari Polewali Mamasa Beberapa tahun silam di Buper Belokka Sidenreng Rappang, saat Raimuda Daerah Sulsel. Kami saat itu merebut Juara 1 Asah Terampil Pramuka atau Cerdas Cermat tingkat Sulawesi Selatan. (Foto: FB Ad Arwan Alimin)

Oleh Adi Arwan Alimin, (Alumni KPL Pusdiklatnas)

Judul di atas pertanyaan putra saya semalam. Kami membeli baret baru di salah satu toko di bilangan Kota Mamuju, Senin 14 Agustus 2023 pagi dia akan mengikuti Upacara Hari Pramuka ke-62 di Lapangan Tambi, Mamuju.

“Pramuka itu kader utama bangsa ini, mereka akan ikut maju membela negaranya bila sewaktu-waktu terjadi peperangan. Jadi baret yang ke Kanan itu menunjukkan kesiapannya sebagai kader siap tempur!” Ujar saya sambil melajukan motor berkeliling ruas dalam kota.

“Hebat ya…” balasnya sambil merapatkan dirinya ke punggung saya karena menyimak serius. Secara tidak langsung ingin menegaskan kepadanya bahwa menjadi anggota Gerakan Pramuka itu sesuatu yang keren. Sesuatu yang saya harapkan memberi kebanggaan baginya. Bahwa gerakan ini bukan urusan tepuk tangan dan baris berbasis saja.

Gerakan Pramuka telah berusia 62 tahun. Usia yang relatif amat dewasa bila diukur pada hitungan umur manusia. Perjalanan panjang ini telah melewati banyak fase menentukan hingga sampai pada era yang amat kompleks hari ini. Namun rundung sebab Pangkalan makin banyak yang sepi merupakan tantangan penting bagi organisasi raksasa ini. Berapa banyak gugus depan yang tetap aktif bersama peserta didiknya?

Mengapa ini terjadi? Dunia yang berkembang pesat, teknologi informasi yang kian maju, banyaknya daya tarik permainan, game di ratusan platform media sosial serta metode yang mungkin tidak lagi update. Ini memerlukan terobosan dan daya kreasi yang lebih mengadaptasi. Di Gerakan Pramuka sebenarnya metode dan pendekatan itu telah cukup tuntas dijabarkan, tetapi entah mengapa ini seolah jalan di tempat saja.

Lord Baden-Powell mendirikan Kepramukaan di Inggris dengan tujuan membantu pemuda mengembangkan keterampilan praktis, kepemimpinan, dan nilai-nilai positif. Baden Powell ingin membantu mereka menjadi warga negara yang bertanggung jawab, mandiri, dan bermanfaat bagi masyarakat. Sungguh kita berharap visi yang telah melewati satu abad itu telah menjangkaunya.

Baden Powell sangat percaya bahwa melalui kegiatan outdoor, belajar kerjasama, dan pengembangan karakter, pemuda bisa tumbuh menjadi individu yang kuat dan penuh potensi. Alam terbuka adalah bentang cakrawala tidak semata luasan bumi perkemahan yang sampai beratus hektare itu. Kepramukaan sejatinya dapat mengantar peserta didik kita makin bebas dalam metode, sebab itu penulis ingin mengatakan, ide merdeka belajar itu sudah ada dari pikiran pendirinya untuk Pramuka 100 tahun lalu.

Tanggal 8 Juni 2023, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka menerbitkan Surat Keputusan (SK) Nomor 68 Tahun 2023, tentang Logo 62 Tahun Gerakan Pramuka yang diperingati hari ini. SK tersebut ditandatangani Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Komjen Pol (Purn) Drs Budi Waseso.

Logo Hari Pramuka tahun ini terdiri dari angka 6 dan angka 2. Itu merupakan angka ulang tahun Gerakan Pramuka yang ke-62.
Angka enam itu stilasi dari Kelopak Tunas sedang angka dua yang menopang Logogram Tunas menjadi satu kesatuan yang kokoh. Kemudian tema Hari Pramuka 2023, yakni Sumber Daya Manusia yang Profesional dan Proporsional.

“Secara keseluruhan, logo 62 tahun diharapkan bisa membangun citra positif Gerakan Pramuka ke depan dengan mempersiapkan dan melibatkan sumber daya manusia yang proporsional dan profesional,” berikut keterangan dalam SK Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 68 Tahun 2023 yang dikutip detikJatim, Rabu (9/8/2023).

Istilah Profesional dan Proporsional itu mesti dapat diinternalisasi lebih jauh ke halaman Pangkalan, jajaran kwartir bahkan insan yang menjadi bagian utama dari gerakan pendidikan praja muda karana. Kita mungkin telah melakukan banyak hal, berjibun program kegiatan yang melibatkan peserta didik di seluruh jenjang. Namun sebaliknya itu dapat selalu berakhir semu bila hanya dilakukan melalui pendekatan dalam rangka semata.

Yang ingin penulis tegasi, apakah program-program berskala kwarran, kwarcab hingga regional itu sebanding dengan muatan latihan berkala di gugus depan. Tidakkah sebagian diantaranya hanya bergegas datang bila semata agenda bertabur “tepuk tangan” juga godaan destinasi nasional, namun meminggirkan hakikat Upabuklat dan Upatuptlat di pangkalan. Padahal semuanya mesti bermuara dari sini.

Kategori kwartir paling giat mungkin dapat direvisi kembali agar pangkalan-pangkalan yang menjadi basis Gerakan Pramuka tetap meriah dan terus melestarikan muruah kepramukaan. Bagi penulis, tentu ini sebagai hipotesis awal bahwa gugus depanlah yang perlu menjadi indikator utama untuk menilai derajat aktifitas kwartirnya, tidak jarang kualifikasi ini saling memunggungi. Bila di kwartir tertentu segalanya tak lagi berkendala, maksud tulisan ini untuk mengayakan gagasan saja.

Tiada istilah terlambat untuk kembali mengencangkan semangat bergugus depan, peserta didik memerlukan totalitas Pembina dan dukungan kwartir lebih kental. Kepramukaan itu sesungguhnya adalah wujud pertemuan-pertemuan paling mengesankan di masa peserta didik, persamuhan paling langgeng dalam ingatan hingga memasuki usia dewasa. Kepramukaan ini bukan sebuah buku pajangan tetapi halaman-halamannya bentang pikiran mencerdaskan.

Tetapi apa yang dapat diukir dalam memori panjang itu jika kemewahan latihan berkala di Pangkalan tidak lagi menarik peserta didik. Program di pangkalan kini begitu sengit melawan hegemoni platform digital di jam-jam seharusnya peserta didik sedang latihan. Ataukah kita belum menemukan pendekatan terbaik hingga cara konvensional di gugus depan dalam menghadapi kebutuhan peserta didik dapat saling melingkar pada kemajuan teknologi?

Kepramukaan ini membutuhkan adaptasi sesuai kebutuhan pangkalan masing-masing. Pembina, Pelatih dan Pelatih Pembina di mana pun dapat melakukan terobosan menurut kaidah metode Kepramukaan.
Dasar Darma saja dapat mengalami perubahan sejak diterapkan tahun 1961 hingga apa yang berlaku hari ini, apalagi pendekatan yang mesti dilakukan sesegera mungkin.

Selamat Hari Pramuka ke-62. Tema tahun ini amat bagus, agar kita makin semangat membina, ikhlas mengabdi dan terus berperan secara profesional dan proporsional. Semua ini, demi citra Gerakan Pramuka yang lebih bermartabat. Simbol baret ke kanan itu maknanya berat.
Salam Pramuka! (*)

Mamuju, 14 Agustus 2023