Oleh: Muh. Said
DI salah satu sudut indah Mamuju. Tepatnya di Hotel Grand Putra Jalan Letjen Hertasning nomor 133 Mamuju, suasana pagi pada tanggal 16 Juli 2024 terasa berbeda.
Tampak sebuah spanduk terpampang di depan hotel yang bertuliskan selamat datang peserta pelatihan jurnalistik Aparatur Sipil Negara.
Pagi itu, pelataran parkir Hotel Grand Putra Mamuju terasa sunyi. Deretan motor terparkir rapi, seperti prajurit yang sedang beristirahat sebelum panggilan tugas berikutnya.
Tidak ada suara mesin atau hiruk pikuk orang berlalu lalang. Hanya terdengar desiran angin yang berbisik lembut, menambah kesan tenang di pagi yang cerah itu. Sejenak aku memarkir motor Suzuki Shogunku berjejer dengan motor lainnya.
Kubakar sebatang rokok sambil menunggu teman yang tak kunjung datang. Tak berselang lama terdengar dari jauh nyanyian knalpot motor matic yang tak asing di telingaku, benar itu adalah Awaluddin Amir. Teman yang datang menghampiriku ini lebih akrab dipanggil awal.
Aku yang sedang menikmati momen tenang dengan rokok di tangan sambil menatap asap rokok yang mengepul perlahan-lahan menghilang di udara. Seolah-olah membawa pergi segala kecemasan dan beban pikiran melangkah pelan tapi pasti melangkah menuju hotel untuk segera melakukan registrasi peserta bersama Awal.
Sekitar 40 menitan pelatihan dibuka secara resmi oleh kepala BPSDM Sulbar, Drs. H. Farid Wajdi M,Pd yang lebih akrab dipanggil pak Farid. Dalam sambutannya, Farid menekankan pentingnya penguasaan informasi.
“Karena siapa yang memegang informasi, dia akan menguasai dunia,” ucapnya dengan penuh semangat sembari disertai dengan senyuman yang khas.
Kalimat ini menjadi pengingat dan penyemangat bagi kami peserta bahwa di era digital, kemampuan menyampaikan informasi yang tepat dan akurat adalah salah satu kunci kesuksesan.
Tepuk tangan yang meriah menandai dibukannya pelatihan dan pria paruh baya itu tampak tersenyum puas atas pembukaan acara.
Sekitar jam 09.00 pelatihan pun dimulai dengan materi tentang Tantangan Jurnalistik di Era Digitalisasi yang disampaikan oleh Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulbar, Sulaeman Rahman. Dengan gaya penyampaian yang menarik, Sulaeman menjelaskan betapa pentingnya adaptasi terhadap perkembangan teknologi.
Ketua PWI Sulbar itu sesekali mengajak peserta untuk berdialog. “Teknologi bukan musuh, melainkan alat yang harus kita kuasai,” katanya sambil menunjukkan beberapa contoh kasus nyata.
Tak lama kemudian panitia menyampaikan sudah waktunya untuk break, saya pun bergegas untuk mengambil secangkir kopi dan sepotong snack. Saya menikmatinya dengan secangkir kopi di tangan kanan dan sebatang rokok di tangan kiri, sesekali bercanda dengan Awal.
Tak terasa break telah selesai dan kemudia dilanjutkan ceramah anti korupsi yang disampaikan oleh H. Taupiq, S.Ag., M.M., seorang widyaiswara BPSDM Sulbar. Taupiq memberikan perspektif penting tentang bagaimana integritas dan kesadaran akan korupsi harus menjadi landasan dalam setiap tugas ASN. Dia sesekali berajak dari kursi dan berinteraksi langsung dengan peserta.
“Integritas adalah benteng terakhir dalam menjaga kepercayaan publik,” tegas widyaiswara sendiri itu.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00, panitia pun menyampaikan kepada peserta untuk makan siang dan istrirahat. Saya dan awal berangjak dari kursi untuk santap siang bersama peserta lainnya. Selanjutnya kami menuju ke kamar untuk melaksanakan salat Dzuhur sambil istirahat.
Pada sesi selanjutnya, peserta diajak untuk lebih mendalami seni menulis feature yang menarik. Adi Awan Alimin, Direktur Insight Mandarnesia, dengan pengalamannya yang luas dalam dunia jurnalistik, memberikan tips dan trik praktis dalam menulis artikel feature.
“Tulisan yang baik adalah yang mampu menyentuh hati dan pikiran pembaca,” ujarnya sambil sesekali mengajak peserta untuk berdialog secara langsung.
Terdengar sesekali logat Mandar-nya yang menandakan kalau Mas Adi, sapaan kami berasal suku Mandar. Dengan tampilan yang sederhana mas Adi menyampaikan materi dengan sangat santai sesekali diselingi candaan kepada peserta.
Materinya sangat asyik karena pola yang digunakan sederhana dan menggunakan tata bahasa yang mudah dimengerti.
Sastrawan sekaligus budayawan Sulbar ini memang sangat lihai dalam membawakan materi. Sehingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 yang menandakan materi telah selesai ditandai dengan tugas membuat artikel Feature. (*)