AquaNest Luncurkan Program Orangtua Asuh Karang di Tanjung Benoa

MANDARNESIA.COM, Bali — AquaNest, pengelola spot water ecotourism di Tanjung Benoa, Bali, telah resmi meluncurkan Coral Foster Parent Experience bagi masyarakat umum. Coral Foster Parent Experience adalah sebuah pengalaman menyelam sekaligus ikut terlibat dalam restorasi dan konservasi ekosistem terumbu karang.

Program ini adalah satu-satunya yang bersifat komersil dan terbuka bagi semua kalangan masyarakat dengan mengangkat asuh karang tersertifikasi dari Mari Culture di Indonesia.

“Selama ini kegiatan konservasi hanya dilakukan oleh pemerintah dan non-government organization saja. Melalui program Coral Foster Parent Experience, masyarakat bisa ikut terlibat dalam upaya pemulihan dan konservasi ekosistem terumbu karang serta laut Indonesia, selain merasakan pengalaman kegiatan wisata air yang populer di Bali,” ujar Dirga Adhi Putra Singkarru, CEO, AquaNest Experience.

AquaNest menargetkan Kawasan Tanjung Benoa yang mereka kelola akan menjadi salah satu coral base Indonesia, yang ditujukan untuk kegiatan restorasi dan pelestarian ekosistem terumbu karang. Termasuk untuk penelitian yang bersifat edukasi dan konservasi.

Sebagai kawasan maritim tropis, Indonesia menjadi rumah bagi 569 jenis atau 67% dari 845 total spesies karang dunia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan areal terumbu karang di Indonesia, yang sempat menyentuh 2,5 juta hektare (2018), kini tinggal 1,7 juta hektare lebih, dengan kondisi 16,32 persen rusak.

Khusus di Sulawesi Barat, masih menurut data BPS, pada 2020, areal terumbu karang di provinsi ini mencapai 16.302 hektare, di mana hanya 2,63 persen dalam kondisi baik, sementara 44,7 persen dalam kondisi sedang, dan 52,63 persen dalam kondisi rusak.

Di wilayah Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup bersama dengan Laboratorium Geomorfologi dan Manajemen Pantai (LGMP) Universitas Hasanuddin, pada 2005, terdapat 13 wilayah penyebaran terumbu karang. Namun konsentrasi kerusakan ekosistem terumbu karang ditemukan di 9 wilayah, yaitu Tanjung Ujung Dato, Pulau Karamassang, Pulau Pasir/Gusung Toraja, Ujung Labuan, Pulau Karama, Palippis, Taka Killing, Pulo Panampeang dan Timur Pulau Battoa. Kerusakan yang terjadi antara lain disebabkan oleh penggunaan bahan peledak, racun dan pengambilan karang sebagai bahan pondasi rumah.