Oleh : Ilham Sopu
Dakwah secara bahasa adalah mengajak, yaitu mengajak kepada kebaikan. Dalam bahasa Al-Qur’an yang sering disampaikan oleh para muballig “Ajaklah kejalan Tuhanmu dengan hikmah, dan nasehat yang baik, dan penuh argumentatif”.
Ini ayat yang memberikan kita jalan atau cara yang terbaik dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan.
Dalam penyampaian pesan keagamaan setidaknya ada tiga yang menjadi pokok bahasan dalam dunia dakwah atau komunikasi yaitu subyek dakwah, materi dakwah dan obyek dakwah. Ketiganya saling terkait, dan tidak bisa dipisahkan satu sama yang lain.
Salah satu Annangguru yang banyak mewakafkan dirinya dalam dunia dakwah adalah Annangguru Syauqaddin. Dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaannya lebih banyak merujuk pesan Al-Qur’an yaitu dengan penuh hikmah, nasehat yang baik, dan penuh dengan argumentasi. Disamping itu dalam memoles penyampaian pesan-pesan keagamaannya, kadang disertai argumentasi yang menjadi ciri khasnya sebagai orang Pambusuang.
Annangguru Syauqaddin adalah santri yang tumbuh dalam pengajian klasik Pambusuang, santri murni Pambusuang yang banyak bergelut dalam pengajian klasik atau pengajian kitta yang menjadi ciri khas pengajian di Pambusuang.
Annangguru Syauqaddin dikenal sebagai santri yang punya semangat tinggi dan sabar dalam menapaki keilmuan khususnya dalam mengkaji kitab-kitab kuning di Pambusuang. Dia betul-betul fokus dalam mengikuti berbagai pengajian kitab yang diasuh oleh Annangguru khususnya di Pambusuang.
Mendatangi beberapa Annangguru yang punya keahlian dalam penguasaan kitab adalah menjadi ciri khas pengajian baca kitab di Pambusuang sampai saat ini. Keberhasilan santri dalam menuntut ilmu khususnya dalam pembacaan kitab kuning di Pambusuang itu sangat ditentukan oleh ketekunan dan rajin mendatangi majelis-majelis pengajian kitab yang dibina oleh para Annangguru.
Sejak dulu sampai sekarang, Pambusuang dikenal sebagai kampung santri atau pesantren masyarakat.
Kesantrian Annangguru Syauqaddin adalah santri murni yang lahir dari pengajian-pengajian yang dibina oleh para Annangguru. Sehingga akses ilmu-ilmu klasik yang diajarkan oleh para Annangguru seperti kitab-kitab nahwu sharaf, fiqh, hadis, tafsir menjadi dasar yang menjadi kekuatan Annangguru Syauqaddin dalam mengkaji ilmu-ilmu keagamaan.
Itulah yang menjadi modal yang sangat penting dalam menapaki keilmuan yang lebih tinggi. Modal pengajian dasar khusus ilmu nahwu sharaf dan ilmu-ilmu bahasa lainnya, yang selanjutnya menjadi dasar dalam belajar secara otodidak dalam mengkaji kitab-kitab yang lebih tebal.