1000 Kilometer Bersama Prof. Zudan, Pj. Gubernur Sulsel

Masih menurut Idris bahwa hal paling utama dari Profesor Zudan, yakni mengenai etika yang ditunjukkannya pada orang lain. Etika lainnya adalah komitmennya pada organisasi yang luar biasa, “itu juga bagian dari etika.”

Ketika Idris usai dan turun mendekati meja bundar, di mana Kapolda Sulbar, Danrem 142/Tatag, dan Sekprov Sulsel melingkar, Prof. Zudan berdiri menyambut dan memeluknya erat. Hangat sekali. Haru melihatnya.

Dua layar lebar dan ruang ballroom yang digelapkan menambah ritmis. Ratusan cahaya dari senter handphone undangan pun seperti laron beterbangan yang diiringi backsound slide.

Ungkapan yang diposting di media sosial atau ungkapan via chat WA yang ditampilkan di layar slide itu menunjukkan kedekatan Prof Zudan dengan warga Sulbar. Bahkan ada sejumlah orang yang tidak pernah bersentuhan langsung dengan Profesor Zudan, juga memberikan testimoni tentang kepemimpinannya.

Tibalah saat dimana Pj Gubernur Sulbar periode 2023-2024, Prof. Zudan Arif Fakrulloh bersama Ibu Ny. Ninuk Triyanti Zudan naik ke atas panggung, podium itu jadi saksi, dia dan istri tak kuasa menahan air mata.

Di panggung saat memberi sambutan pada Ramah Tamah di Maleo Hotel and Convention, Rabu (22/05/2024) malam, Profesor bidang hukum ini berulang kali mengusap air matanya.

Acara ini dihadiri kepala OPD, ASN, para Bupati, aktivis mahasiswa, Forkompimda, para jurnalis, dan tokoh masyarakat. Agenda yang santai ini berlangsung penuh haru dan isak tangis.

“Saya menemukan keluarga besar yang luar biasa,” kata Prof. Zudan sambil berulangkali menyeka kelopak mata. Istrinya Ninuk Triyanti menyodorkan tisu. Orang-orang yang melihat pemandangan ini pun hanyut dalam kesedihan.

Pada kesempatan itu sang profesor mengungkap bahwa 365 hari bekerja secara formal belum pernah sekalipun bertengkar salah-salahan dengan Sekda Idris.

“Kalau pak sekda kencang saya kendor, kalau saya kendor pak sekda kencang. Saya betul terbantu semua masukan yang ada. Pak sekda bukan sekedar sekda, dia itu penasehat spiritual saya,” ungkap sestama BNNP itu.

Prof. Zudan menyampaikan terima kasih kepada masyarakat di Sulbar, khususnya kerjasama dengan Sekprov Sulbar. Kepada insan media di Sulbar yang senantiasa memberi dukungan dalam hal mengangkat branding Provinsi Sulbar.

Dia juga menitipkan beberapa program yang positif untuk terus berlanjut, seperti program S3 (Sedekah Seribu Sehari). “Program S3 saya titip betul, sedekah seribu sehari. Sedekah Sepuluh Ribu. Mudah-mudahan itu pembuka pintu surga,” ungkapnya.

Hal yang paling ditakutkan Prof Zudan saat menyampaikan munajat setiap malam yakni, bencana alam yang sewaktu-waktu dapat menimpa masyarakatnya.

Dalam acara itu juga salah seorang staf biro Umum kepada mandarnesia.com mengatakan, “Ini merupakan hari patah hati se-Sulbar,” ujarnya via chat WA ke media ini dengan ikon emotikon menangis.

Slide lainnya yang muncul di layar Rabu malam juga berbunyi, “Prof Zudan sebagai Kekasih Sulbar. Komentar dalam bentuk puisi ditulis salah seorang pegawai di lingkup pemprov.”

Setelah acara tersebut para awak media telah menunggu Prof Zudan, mungkin itu kali terakhir para kuli tinta asal Sulbar bertemu dan menulis pernyataannya.

Kamis siang bakda duhur, kami bersama rombongan Pemprov Sulsel bersiap kembali ke Makassar, kami pun berdua yang dasarnya berasal dari Sulbar juga menjadi tamu, karena kedatangan kami bersama rombongan Pemprov Sulsel. Rombongan tiba kembali ke Makassar pukul 10 lewat.

Jumat pagi, Adi Arwan kembali menyampakan ke Prof Zudan melalui pesan pendek WhatsApp bahwa akan kembali ke Mandar. Sebelum kembali ke Mandar, Adi Arwan Alimin kembali melakukan pendalaman bahan penulisan buku dalam bentuk wawancara podcast untuk kanal youtube DengAdi Podcast.

Bakda Jum’atan di Masjid Al-Markaz kami kembali ke Mandar untuk memenuhi undangan KPU Sulbar.