Oleh : Ilham Sopu
Kelahiran Gus Dur diperingati 7 September, sosok Gus Dur adalah sosok yang punya jasa besar dalam perkembangan demokrasi di Indonesia, sekalipun dalam masa kepemimpinannya sangat singkat dalam memimpin Indonesia sebagai presiden tetapi memberikan kontribusi yang sangat besar dalam proses berdemokrasi secara sehat.
Gus Dur adalah pahlawan kebebasan dalam membuka kran demokrasi yang selama masa orde lama dan orde baru dijalankan secara otoriter. Sebelum menjadi presiden, Gus Dur dikenal sebagai sosok yang punya kapasitas yang pengalaman dalam memimpin organisasi terbesar di Indonesia yakni Nahdatul Ulama.
Di samping Gus Dur sukses memimpin NU, dengan kepemimpinan yang transformatif, kharismatik dan demokratis. Gus Dur adalah seorang cendekiawan yang disegani. Perjalanan intelektual Gus Dur berawal dari pendidikan tradisional pesantren, dari pesantren satu ke pesantren yang lain, Gus Dur terbentuk.
Berbagai latar belakang keilmuan pesantren tradisional menjadi santapan utama Gus Dur, mulai dari ilmu bahasa arab seperti Nahwu, Sharaf, Balaghah, sampai ilmu-ilmu keislaman tradisional khas pesantren, seperti hadis, tafsir, fiqh, sejarah Islam dan ilmu-ilmu lainnya, dia dapat menguasainya dengan baik.
Setelah beberapa tahun menimbah ilmu dari pesantren ke pesantren, Gus Dur melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke luar negeri khususnya ke timur tengah yakni ke Mesir dan Iraq. Di Mesir, Gus Dur lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan dalam pengkajian ilmu, begitupun sewaktu berada di Bagdad, Gus Dur betul-betul fokus dalam bidang keilmuan.
Gus Dur tidak hanya menguasai ilmu-ilmu tradisional kepesantrenan, tapi penguasaan terhadap ilmu-ilmu modern juga hampir seimbang dengan ilmu-ilmu klasik keagamaan.
Seperti dalam ungkapan yang menjadi jargon NU, yakni Al Mukhafafzatu Al qadimi Al salih wal akhdzu bil jadidil aslah, memelihara nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai yang baru yang lebih baik”.
Ungkapan inilah menjadi simbol utama Gus Dur. Dia punya kapasitas keilmuan tradisional atau ilmu klasik mumpuni, juga punya wawasan keilmuan modern yang dalam, karena pengembaraan intelektualnya ke timur tengah dan beberapa negara eropa, serta pengalaman aktifisnya dalam berbagai organisasi khususnya ketika memimpin Nahdatul Ulama selama puluhan tahun.
Banyak warisan-warisan yang ditinggalkan Gus Dur, warisan-warisan yang sangat berharga yang ditinggalkan oleh Gus Dur adalah berupa nilai-nilai utama pemikiran dan perjuangannya. Nilai-nilai pemikiran keagamaan yang moderat yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan pemikiran yang cocok dengan wawasan kemanusiaan dan keindonesiaan.
Wawasan keislaman Gus Dur adalah hasil pemikiran keagamaan yang diramu dengan wawasan keindonesiaan dan menghasilkan pribumisasi Islam. Pergumulan keislaman, keindonesiaan, kemanusiaan dan kemodernan disitulah memunculkan pribumisasi Islam.
Islam Nusantara yang digaungkan oleh Nahdatul Ulama, sebenarnya adalah pribumisasi Islam yang dipopulerkan oleh Gus Dur, inti dari Islam Nusantara adalah pribumisasi Islam, yaitu Islam yang ditransformasikan ke dalam budaya lokal Indonesia, Islam yang kaya dengan aspek-aspek budaya atau kearifan lokal keindonesiaan.
Simbolisasi Islam atau formalisasi syariat yang melahirkan pemahaman Islam yang kaku, itulah yang ditentang oleh Gus Dur, bagi Gus Dur simbol memang penting, tapi kita tidak boleh berhenti pada simbol tersebut.
Seperti dalam konteks keindonesiaan, yang memang sangat kaya dengan kearifan-kearifan lokal. Penerjemahan syariat Islam atau simbol keislaman dengan budaya-budaya lokal itulah sebenarnya pribumisasi Islam yang ditawarkan oleh Gus Dur.
Betapa Gus Dur sangat memahami kondisi keindonesiaan, sebelum kedatangan agama Islam ke Indonesia, kepulauan Nusantara sudah dihuni oleh berbagai agama atau kepercayaan seperti Hindu dan Buddha, dan Islam yang datang ke Indonesia adalah Islam yang dibawa oleh kaum sufi sehingga perkembangannya di Indonesia itu sangat cepat mengalami kemajuan karena kaum sufi lebih menekankan pemahaman keislaman yang damai tidak menggunakan cara-cara kekerasan.
Begitupun dengan sangat mudah mengakomodir budaya-budaya lokal yang sebelumnya sudah berkembang di Nusantara.
Dalam konteks keindonesiaan pemikiran Gus Dur itu sangat relevan untuk Indonesia kedepan, Gus Dur telah memberikan kontribusi yang besar, atau landasan untuk membangun Indonesia yang demokratis, meletakkan dasar untuk bangunan keindonesiaan yang lebih kukuh untuk jangka waktu jauh kedepan.
Saatnya para generasi bangsa ini untuk melanjutkan pemikiran yang brilian yang ditinggalkan oleh Gus Dur, demi tegaknya bangsa ini, kokohnya bangsa ini. Gus Dur telah memberikan jalan, saatnya kita untuk melanjutkannya.
(Bumi Pambusuang, 8 September 2024)