Trans Barat Sulawesi Ramai Titik Singgah Pengungsi

[perfectpullquote align=”left” bordertop=”false” cite=”” link=”” color=”” class=”” size=””]Mandarnesia.com — Sejak gempa dan tsunami menerjang Kota Palu, Donggala, Sigi Sulawesi Tengah sepekan lalu, derma tak henti-hentinya mengalir ke Tanah Kaili.[/perfectpullquote]

Setiap hari, puluhan mobil pengangkut logistik masuk ke kota yang hancur dari peradaban meskipun telah dibangun dari generasi ke generasi.

Pasca gempa, ribuan masyarakat meninggalkan kota, keluar mencari pengharapan baru, mencoba memunggungi pilu yang tidak ingin dialami kembali.

Selain sumbangan yang dikirim langsung, masyarakat Sulbar tidak habis-habisnya mencari cara untuk meringankan beban mereka. Salah satunya pemasangan titik-titik singgah atau rest area yang disediakan di setiap jalur perlintasan trans barat Sulawesi.

Masyarakat secara bersama-sama mengumpulkan donasi dan menyediakan makanan, tempat istirahat bagi pengungsi yang melintas. Di ruas jalan dengan penerangan lampu rotator, setiap kendaraan yang lewat diberi kode untuk singgah.

Salah satunya, posko singgah yang dipasang di kantor Kecamatan Malunda, Majene. Setiap malamnya puluhan pengungsi singgah untuk beristirahat, makan sebelum melanjutkan perjalanan.

Menu yang disediakan, bukanlah makanan lumrah disediakan di posko-posko pengungsian darurat.

Dari pantauan mandarnesia.com, Jumat (5/10/2018) di lokasi tersebut, makanannya cukup bergisi dan lezat. Dengan campuran telur, ikan, tempe dan sedikit sayur yang dibungkus menggunakan daun pisang, menu itu setidaknya akan mampu mengganjal perut para pengungsi selama perjalanan.

Di atas meja, kopi hangat disediakan di dalam jumbo berukuran besar. Minuman berkafein itu akan menghangatkan supir dan penumpang yang kebanyakan melintas di malam hari.

Kepedulian yang ditunjukkan masyarakat Sulbar, menjadi pemantik semangat para korban untuk menatap masa depan. Setelah mereka mengais kehidupan di Tanah Kaili.

Reporter: Sudirman Syarif