MANDARNESIA.COM, Campalagian — Lingkungan merupakan kombinasi antara kondisi fisik seperti tanah, air, mineral, flora, fauna, hingga energi surya, dengan kelembagaan yang diciptakan manusia untuk mengelola sumber daya tersebut. Kehadiran kelompok masyarakat yang menjadi penjaga dan pelestari lingkungan bisa lahir dari berbagai kalangan.
Seperti Tim Pengabdian BIMA 2025 Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) yang diketuai oleh Ir. Yusman, S.Si., M.T., beserta tim dan mahasiswa bersama mitra Laut Biru di Desa Lapeo, Kecamatan Campalagian, Polewali Mandar. Laut Biru selama ini menjadi ujung tombak dalam menjaga kelestarian laut.
Kemitraan itu diwujudkan dalam kegiatan Forum Group Discussion (FGD) dan peluncuran website mitra laut-biru.com pada 17 Juli 2025. Selanjutnya, pelatihan pembuatan beton sebagai media transplantasi terumbu karang dilaksanakan pada 19 Juli, penanaman mangrove pada 1 Agustus, penentuan lokasi transplantasi terumbu karang pada 24 Agustus, serta penyerahan alat snorkeling.

“Kegiatan ini diharapkan memberi manfaat untuk mitra dan masyarakat. Kehadiran website ‘laut-biru.com’ memudahkan publik mengakses informasi profil, biodata, dan kegiatan Laut Biru,” jelas Yusman, dosen Teknik Sipil Unsulbar sekaligus Tim Pengabdi BIMA 2025.
Hutan mangrove, menurut berbagai kajian, memiliki manfaat besar bagi ekosistem laut maupun masyarakat. Mangrove menjadi habitat ikan, udang, kerang, kepiting, dan burung. Selain itu, berfungsi menahan abrasi pantai, mengikat sedimen, hingga menopang ekosistem pesisir lain seperti terumbu karang dan padang lamun.

Founder Laut Biru, Muh. Putra Ardiansyah, juga menyambut baik kolaborasi dengan Dosen dan Mahasiswa Teknik Sipil Unsulbar dalam aksi bersih pantai dan dan penanaman mangrove yang dilaksanakan di sepanjang Pantai Ba’batoa
“Sebelumnya Laut Biru telah berkolaborasi dengan mahasiswa dan dosen Teknik Sipil pada pelatihan pembuatan beton dengan memanfaatkan limbah sago ash dan cangkang sawit untuk peningkatan mutu beton yang digunakan sebagai media transplantasi karang dan survei lokasi yang cocok untuk transplantasi berupa sedimen dan kulaitas air laut, Rekam jejak ini menjadi pondasi kuat untuk melanjutkan aksi nyata demi lingkungan sekaligus meningkatkan kapasitas generasi muda dalam pengelolaan ekosistem laut berkelanjutan,” pungkas Putra. (WM)














