mandarnesia.com — Provinsi Sulawesi Barat masuk sebagai daerah dengan angka stunting (gangguan gizi) yang tinggi, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, dr Ahmad Azis mengungkapkan, penanganan stunting butuh kerja sama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
“Jadi seluruh Indonesia tinggi, setelah dipetakan, ternyata Sulbar juga tinggi. Jadi kalau mau ditangani, harus dilakukan bersama, kalau hanya dinkes tidak mampu,” kata Ahmad kepada mandarnesia.com saat ditemui di Hotel d’Maleo, Senin (19/3/2018).
Ia mencontohkan, anak yang menderita stunting karena ibunya tidak cerdas, maka yang harus mencerdaskan tentu bukan Dinkes.
Kemudian sambung Ahmad, stunting juga berkaitan dengan ketahanan pangan, tentu bukan tanggung jawab dinkes .
“Intervensi dinkes sudah maksimal. Kalau ada yang ganguan gizi kita obati, sembuh. Begitu kembali ke rumah, kembali lagi, tentu bukan dinkes yang tangani itu,” tuturnya.
Untuk Sulbar, Kabupaten dengan penderitaan stunting tertinggi, berada di Kabupaten Mamuju, Majene dan Polman.
“Tiga kabupaten itu kronis, tapi kabupaten lain juga ada,” urainya.
Selain itu, menurutnya, perlu waktu yang tidak singkat untuk mengurangi angka stunting. Karena stunting ganguan gizi yang sudah kronis.
“Jangka panjang, tetapi kalau kerja dengan luar bisa, itu bisa. Apa yang tidak ada di Sulbar? makanan, buah, sayur semuanya ada,” tutupnya.
Reporter: Sudirman Syarif
: redaksi@mandarnesia.com