Tiga Jam Berjuang Dalam Kepungan Banjir Deking

Tiga Jam Berjuang Dalam Kepungan Banjir Deking -

“TOLONG potong talinya, biarkan dia hanyut,” kata ibu lima orang anak, Harabia (50) yang kehilangan dua ekor sapi milik tetangga yang telah ia pelihara selama empat tahun. Ternak itu terseret luapan sungai Deking, Kecamatan Malunda, Majene.

Meski telah menggunakan baju lengan panjang bermotif garis berwarna warni, kondisinya masih kedinginan. Kepada mandarnesia.com, wanita paruh baya tersebut memulai cerita yang membuatnya menitikkan air mata.

Di kios kecil, ia menjual campuran di basecamp pekerja bendungan Desa Kayuangin, Kecamatan Malunda, yang sekaligus menjadi rumah keduanya. Selain rumah utamanya yang terletak di Dusun Pettabeang, Desa Kayuanging, Kecamatan Malunda.

Foto nenek Harabia saat ditemui di rumahnya

Sekitar pukul 16.00 Wita sore, ia bersama anak gadisnya sedang mencuci pakainya di bantaran sungai Deking yang tak jauh dari tempatnya berjualan.

Cucian masih menyisakan beberapa helai baju dan celana yang belum selesai dibilas, segera ia masukkan ke dalam ember hitam dan berkemas untuk kembali.

Bukan tanpa alasan, ia segera memegang erat tangan putrinya, dan menyeretnya kembali ke kios dagangan yang sekaligus menjadi tempat tinggalnya beberpa bulan terakhir.

Baca Juga : http://mandarnesia.com/sungai-deking-meluap-waspada-banjir-susulan/

“Saya perhatikan, kenapa air terus naik, dan ember yang sebelumnya saya letakkan di atas batu jauh dari aliran sungai, hampir saja hanyut. Di situ saya mulai yakin, sungai akan meluap,” kata Harabia yang duduk di belakang sang suami, Selasa (5/12/2017) malam.

Foto bendungan Kayuangin yang tidak mampu menampung debit air.

Benar saja, tak lama ia sampai di atas kios, air betul-betul meluap dengan sangat tiba-tiba. Hingga menyentuh pinggiran sungai yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Bacajuga: http://mandarnesia.com/sungai-deking-meluap-waspada-banjir-susulan/

Mobil bak terbuka yang ke luar dari basecamp menuju arah rumahnya, ia tumpangi untuk menjauh dari ancaman banjir.

“Saya tidak tahu bagaimana kondisi jualan saya sekarang, sebab tak sempat saya kemas dengan baik sebelum meninggalkan tempat,” ungkap Harabia yang masih sangat merasakan kesedihan.

Sementara sang suami Ruslan (67) bersama sang menantu dan dua orang lainnya, bergerak dari arah yang berlawanan, mereka berjalan menuju ke arah sungai.

Foto Jembatan Deking detik-detik sebelum banjir datang.

Ia sedang menuju ke arah kebun, di mana dua ekor sapinya sedang diikat di sana. Sementara posisi kebun berada tepat di tengah-tengah sungai yang sedang meluap.

“Pada saat kami ke luar menuju kebun, kami menyeberangi aliran sungai yang arusnya tidak begitu deras, dikarenakan terhalang gundukan kecil yang tepat berada di hadapan kami,” katanya yang tanpa jeda sambil meraih rokok milik tokoh masyarakat, Darwis yang menemani penulis menemui Ruslan kediamannya.

Niatnya untuk menyelamatkan dua ekor induk sapinya yang sedang bunting, berakhir dengan sia-sia. Rupanya air telah menenggelamkan kebunnya, di mana sapinya terikat.

Hujan yang tak begitu lama yang terjadi pada hari Selasa (5/12) kemarin, membuatnya keliru dalam memutuskan perhitungan.

Foto salah satu rumah warga yang terendam banjir.

Bahkan nyawanya terancam karena terkurung atau terkepung luapan air selama empat jam, sehingga tidak bisa berbuat apa-apa.

“Kami hanya bisa pasrah, tidak bisa ada yang bisa kami lakukan, jika nekat menyeberang kami akan mati. Karena air semakin besar dan arus yang sangat deras,” jelasnya dengan mimik yang sangat dalam.

Untunglah, nyawa mereka terselamatkan gundukan tanah yang di atasnya terdapat rumah-rumah kebun yang menjadi tempat berlindung. Banjir mulai mengisolasi Ruskan sejak pukul 16.30 hingga pukul 19.00 Wita.

Foto masyarakat yang sedang mengevakuasi ternak sapinya

“Selama di sana kami hanya bisa berdoa, apa lagi tempat yang kami tempati berlindung, menyisakan sekitar 50 senti lagi sebelum sampai ke kaki kami,” ujarnya.

Luapan air yang belum begitu surut, masyarakat yang melihatnya berusaha untuk membantu, dengan mengunakan perahu. Satu orang pun berhasil dievakuasi, sementara yang lain, ketika ingin dijemput, perahu terbalik dan hanyut. Sementara pengemudinya berhasil melompat dan menggapai ranting kayu.

“Itu juga yang menjadi beban pikiran saya. Sapi saya yang harganya dua ekor Rp 14 juta sudah lenyap, sementara saya harus menggati perahu yang hilang,” tutupnya dengan sedikit nada sedih.

#SudirmanSyarif