Reporter: Sudirman Syarif
SANGAT gelisah ingin menemuinya. Rasa ingin tahu menggeliat setelah berulangkali mendengarkan lagu yang menjadi theme song sandeq race 2019 di youtube.
Lelaki berperawakan besar, sedang duduk dan mengamati sandeq yang baru saja selesai mengikuti lomba segitiga di Pantai Manakarra, Mamuju, Jumat (16/8). Duduk di sebuah kursi, bersedekap di dada. Berkali-kali menghisap rokok yang bungkusannya masih berada dalam kantong celana hitam yang ia pakai.
Sekedipan mata, saya mengamati setiap gerak geriknya dari jauh, tatapan ramah dan senyum ia lontarkan kepada siapapun yang melitas di depan kemudian berlalu.
Tak sabar ingin mewawancara, hanya saja harus menemui beberapa sumber, Kepala Dinas Pariwisata Sulbar Farid Wajdi, passandeq, serta seorang anggota DPRD Subar yang juga hadir di acara itu.
Muhammad Ishaq, pria kelahiran Tinambung mengawali cerita proses kreatif penulisan lagu “Lautmu Hidupku,”
“Salah satu prosesnya, pembacaan yang selama ini terjadi, bagaimana membangun sinergitas antara laut dan pegunungan itu sendiri, atau hulu dan muara. Hulu dan muara salah satu penyangga terbesar dari artefak kebudayaan sandeq itu,” tutur Ishaq, Jumat, (16/8/2019).
Pertanyaan singkat saya kemudian dijawab dengan luas, Ishaq yang juga pencipta lagu theme song Porprov 2018 menyebutkan bahwa lautmu hidupmu ini adalah menjadi titik sentral, karena menganggap laut hari ini tidak bisa lagi hanya menjadi sebuah objek, tapi lebih daripada itu.
Kata demi kata, lagu lautmu hidupku asyik di telinga, berisi pesan penting untuk menjaga laut sebagai keberlangsungan hidup umat manusia, dan sandeq sebagai artefak kebudayaan yang hanya ada di pesisir jazirah Mandar.
Penulisan lagu dilihat sebagai peristiwa laku hidup yang mesti dipahami. Tidak hanya sekedar sandeq yang bisa dijadikan sebuah contoh untuk menghidupkan laut. Tapi lebih dari itu, segala stakeholder yang ada, bisa menjadi penyangga kehidupan kepada orang-orang yang ada di darat.
Mantra-mantra pelaut dalam syair lagu, kata Ishaq, sesungguhnya proses pendokumentasian, tidak hanya sekedar menjadi sebuah bacaan atau ungkapan bagi orang-orang pesisir. Ini (Lagu) harus diliterasi di seluruh generasi. Bahwa peristiwa-peristiwa laut itu selalu ada kedekatannya dengan spiritual, selalu kedekatannya dengan sosial dan yang lain.
Lautmu hidupku yang terpeting bagaimana laut bisa jadi bagian terbesar dari hidup, mengenal Mandar, mengenal tentang bahari, dan laut. “Tapi toh kemudian pertanyaannya, apakah kita cinta dengan laut? Apakah kita merasa empati bahwa peristiwa laut tidak hanya sekedar berfestival,”
Lebih dari itu, harus didorong penguatan literasi mesti tersampaikan kepada generasi, kepada pelajar, kepada mahasiswa, kepada siapapun, baik kepada pemerintah.
“Ini yang sanya mau, sandeq race ke depan harus melahirkan satu rekomendasi bahari, museum, laboratorium sandeq, laboratorium laut, yang paling penting berfestival jangan tanpa ada suatu keluaran yang jelas. Kita hanya bereuforia saja,” ingin Ishaq.
Melalui nyayian, ia berpesan lagu ini tidak hanya sekedar mendegar tapi mencoba membaca untuk mengajak lebih mencintai laut, gunung, daratan, tentu manusia, dan seluruh artefak kebudayaan yang termatub di dalam jiwa.
Proses penggarapan lagu yang dinyayikan Ardila Abdullah dan Ali Akbar Husni sebagai soud beckground dimulai Bulan Februari. Ilham menulis lagu yang sedang hits itu dilakukan beberapa bulan. Hanya menulis, mencari ide, dan gagasan, kemudian tercipta bagaimana memahami di bait-bait lagu.
“Atas nama, nama moyangmu engkau diberi nama sandeq, ini kan yang tidak pernah kita literasi bahwa ada perahu yang lebih hebat,” ungkap Ishaq.
Penggunaan dua bahasa dalam syair lagu, Bahasa Mandar-Indonesia, Mandar diambil daripada mantra-mantra laut yang sering digunakan nelayan, lalu kemudian menggunakan Bahasa Indonsia.
“Nah ini juga yang agak menarik perhatian karena banyak orang yang bertaya apa maka di balik daripada itu. Pada prinsifnya kalau berbicara mantra tentu tidak bisa secara teks menerjemahkan, apa makna dari itu, paling tidak pada prinsif pelaut itu adalah pengakuannya, dia harus memahami tuhan di dalamnya,” urainya.
Karenan semesta telah memberi sebanyak-banyaknya. ”Oriellah ilah, ia tammahella ia tang ditamboi” sebuah ungkapan yang diperkuat, bekerja keras, Allah memberih reski yang besar.
Foto Utama : Facebook Muhammad Ishaq https://www.facebook.com/photo.php?fbid=2260775424153068&set=t.100000070940206&type=3&theater