Tak hanya itu, sejumlah buku dan karya ilmiah tertang sejarah dan kebudayaan Mandar yang lahir pada dekade 1990/2000 memasang namanya pada lembar Bibliografi atau Daftar Pustaka sebagai narasumber atau informan.
Tesis Ma’lum Rasyid yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Sayyang Pattuqduq Khataman Al-Qur’an di Mandar dieditori Prof. Dr. Idham Khalid Bodi menjadikan Pak Abdullah sebagai narasumber utama.
Bahkan Prof. Dr. Darmawan Mas’ud Rahman dalam beberapa risetnya juga menjadikan Pak Abdullah sebagai informan dan narasumber utama.
Hal itu disampaikan oleh Budianto Hakim, seorang peneliti ahli dan arkeolog dari Makassar yang juga bergabung dalam tim riset PR. KKP BRIN tahun ini.
Pada tahun 1990-an, ia pernah bersama Pak Darmawan Mas’ud ke kediaman Abdullah J dalam rangka riset.
Budianto bahkan masih ingat, ia diantar langsung ke Buttu Laiyya, salah satu situs perkampungan tua yang dijadikan obyek testpit dalam risetnya kali ini.
Itulah makanya, Pak Budi dan rombongan menyempatkan diri untuk bersilaturrahmi khusus dengan Pak Abdullah di kediamannya di Tammangalle.
Kondisi Pak Abdullah beberapa tahun terakhir ini hanya bisa terbaring lemah pasca kecelakaan (diserempet motor) yang mengakibatkan kakinya patah dan tak bisa lagi digunakan untuk beraktifitas seperti biasanya.
Usianya sekarang sudah di atas 100 tahun, secara fisik ia memang lemah, tapi imasih bisa diajak kominikasi kendati memori ingatannya sudah agak lemah.
Pada saat kami bertandan ke rumahnya, ia masih sempat meminta kepada penulis agar dibuatkan buku.
Di sisa umurnya, ia hanya ingin melihat kumpulan kalinda’da dan sejumlah catatannya dijadikan buku.
Sungguh miris melihat kondisi Abdullah, J. Ia kesepian di hari tuanya. Selama ia sakit dan terbaring lemah, tak satupun penulis dan peneliti yang pernah mengunjunginya ketika sehat datang menjenguknya.
Baru kali ini ada rombongan penulis dan peneliti yang datang melihat kondisinya. Hal tersebut diiyakan oleh keluarga dan cucunya yang bernama Dirman.
Sosok yang pernah menjadi Kepala Desa Mosso dua periode ini tak lagi banyak berharap untuk bisa pulih dan beraktifitas kembali. Ia hanya ingin catatan, karya dan gagasannya disusun jadi buku. Itu saja I.
Pammunuang di Mandar
Pammunuang atau Maulidan adalah salah satu tradisi yang membudaya di Mandar khususnya di wilayah Majene dan Polman. Bagi orang Mandar, ritual peringatan Hari Lahir Rasulullah bahkan dilangsungkan selama 3 bulan yakni bulan Rabiul Awal (Uru Munu), Rabiul Akhir (Tangnga Munu’) dan Jumadil Awal (Cappu’ Munu).