“Ambe’ telah mengajariku memainkan suling saat usiaku sebelas tahun. Selama tiga bulan belajar, alhamdulillah aku bisa pandai. Alhasil dua kali mendapatkan juara satu tingkat kecamatan dan ikut di kegiatan dinas pendidikan, ” ungkap Risal yang kini berstatus pelajar tingkatan kelas 2, di SMP SATAP Kaleok.
Prestasi luar biasa, patut diacungi jempol. Senja pun berangsur menggoda kami untuk segera pamit, Ambe’ pun menyelipkan pesan leluhur.
Ada cinta, airmata dan perjuangan disini, semakin memesrai desa semakin aku menggila, dan sadar akan hausnya diriku menjejaki pengetahuan.
Aku masih butuh belajar pada alam, pada mereka, jiwa-jiwa kuat nan bijak memperlakukan alam.
Indo’, ambe’ dan Risal mereka adalah potret kekuatan desa. Kukutip pesan Ambe’ diakhir tegukan Kopi Khas Kaleok rasa robusta “Ma’dongo pada madiong, ke’de pada madao”.
” Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, semua manusia entah kaya atau miskin, pintar atau bodoh, sama ciptaan Tuhan,” ucapnya.
Ambe’ pun menutup diakhir magrib bahwasanya Tuhan adalah akar tunggal.
Foto : Karmila Bakri