Kesenian Reog Ponorogo sampai saat ini dapat dijumpai pada acara adat maupun festival. Dilihat dari segi waktu dan model pertunjukan, reog mengalami banyak perubahan.
Reog atau Reyog berasal dari kata “riyet” atau dapat diartikan sebagai keadaan bangunan yang hampir rubuh, karena di dalam pertunjukan reog terdapat suara gamelan atau musik pengiring yang menyerupai “bata rubuh” yang artinya sangat semarak dan ramai (Poerwowijoyo, 1985:9).
Sebagai kota dengan image Kota Reog, Ponorogo memiliki banyak sekali grup reog. Hampir setiap kecamatan memiliki grup, bahkan setiap desa memiliki lebih dari satu grup reog, seperti di wilayah Kecamatan Sumoroto.
Sumoroto dianggap masyarakat Ponorogo sebagai tempat berdirinya pusat Kerajaan Bantarangin, salah satu kerajaan yang dianggap sebagai tempat asal-usul reog Ponorogo. Kecamatan ini bagi sebagian masyarakat Ponorogo adalah tempat yang sakral karena ada anggapan dahulu berdiri pusat Kerajaan Bantarangin.
Sejarah Reog Ponorogo ini awal mulanya berasal dari cerita rakyat yang memiliki berbagai macam versi. Secara garis besar, di Ponorogo paling tidak dikenal tiga versi utama kisah asal-usul Reog Ponorogo, yaitu versi Bantarangin, versi Ki Ageng Kutu Suryangalam, dan versi Batara Katong.
Salah satu versi sejarah Reog Ponorogo adalah versi Bantarangin. Yang menampilkan aksi teaterikal Kerajaan Bantarangin yang mementaskan kisah cinta Raja Kelono Sewandono dengan Putri Dewi Songgolangit Kerajaan Bantarangin adalah cerita rakyat (folklore) yang digunakan dalam naskah pementasan Reog Ponorogo dan dijadikan media pembelajaran tentang asal-usul kesenian Reog Ponorogo yang mendunia.
Kerajaan Bantarangin diperintah oleh rajanya yang bernama Kelono Sewandono dan patihnya Bujangganong yang melamar putri Kediri, Dewi Songgolangit. Dengan seserahan yang diminta Dewi Songgolangit sehingga terciptanya kesenian Reog Ponorogo.
Menurut Sujud (2017:52), nama Bantarangin berasal dari kata banter angin (angin yang kencang), yaitu suatu tempat datar yang anginnya sangat kencang. Kerajaan Bantarangin selalu digambarkan sebagai kerajaan besar dengan raja muda, tampan dan rakyat yang makmur.
Sanggar Tari Kawulo Bantarangin
Tidak salah para pelawat seni budaya dari Wonomulyo, Sulawesi Barat ini memilih Sanggar tari Kawulo Bantarangin sebagai destinasi ilmu kesenian Jawa. Karena Kawulo Bantarangin yang para founding fathernya menyingkatnya menjadi KaBa memiliki segudang prestasi meskipun mereka menyebut diri masih baru.
Sanggar ini beralamat di Jalan Diponegoro Nomor 27, Tengah, Somoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur 63451.
Sanggar Tari Kawulo Bantarangin yang berbasis sekolah ini memiliki moto kredibel, kreatif dan mendiri.
Para founding father sanggar tari ini sudah melanglang buana pentas sampai ke luar negeri. Mulai dari Muba Festival Bassel-Swiss Tahun 2013, MHC Festival Singapura 2015, Indonesia Culture Festival Ajerbaijan 2019, Sibu Dance Festival 2016, Embassy Festival Amsterdam-Belanda dan Arab Saudi tahun 2019. Terakhir mereka diundang ke Istana untuk pentas, bahkan mereka pernah didatangi Menteri Sandiaga Uno dan Menteri Erick Thohir.