Seni Budaya Jawa Wonomulyo Melawat ke Tanah Jawa (2)

Laporan: Wahyudi Muslimin

Perjalanan ke Kota Reog Ponorogo

Waktu menunjukan pukul 08.25 kami bertolak dari Hotel Yellow Star Gejayan Yogyakarta menuju Ponorogo. Perjalanan akan ditempuh sekitar empat jam, menurut supir bus travel yang menemani para pelawat seni dan budaya dari Wonomulyo ini.

Perjalanan ke Ponorogo melalui jalan Poros Yogya-Solo lalu kemudian berbelok ke jalan raya Klaten, Wedi, Bayat dan Cawas, Klaten. Papan penunjuk jalan berwarna hijau putih itu menunjukan jalan ini bila berbelok kiri bisa ke Wonosari dan Gunung Kidul.

Perjalanan ini juga melewati Sukoharjo dan melalui jalan poros Klaten. Melewati Wonogiri, Sukoharjo. Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah merupakan pintu gerbang masuk ke Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ponorogo.

Sesaat sebelum kami masuk ke wilayan administrasi Ponorogo dari jauh kami melihat gerbang khas Ponorogo dengan bentuk Reog. Sekitar pukul 12.15 rombongan disambut pintu gerbang Ponorogo dengan tampilan gambar khasnya sebagai Kota Reog.

Dimana-mana terdapat gerbang jalan berbentuk patung Reog. Di Kecamatan Kauman, Ponorogo sebagai wilayah perbatasan yang juga menjadi tujuan lawatan para pegiat kesenian jawa ini yang dikawal langsung pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulbar.

Reog Ponorogo

KBBI menyebut Reog adalah tarian tradisi dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat, mengandung unsur magis, penari utama adalah orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping yang semuanya laki-laki.

Dalam Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran yang ditulis Andini Idha, Atik Aminah, Hernin Diah, Sonia Laila, Yusmita Indrastuti dan Darmadi, mereka adalah mahasiswa Program Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas PGRI Madiun dengan judul jurnal Sejarah dan Filosofi Reog Ponorogo Versi Bantarangin.

Menjelaskan bahwa Reog Ponorogo merupakan kesenian tari rakyat asal kota Ponorogo, Jawa Timur. Réog adalah tarian tradisional dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat dan mengandung unsur magis.

Reog mementaskan iring-iringan penari berupa jathilan (sejenis kuda lumping), tari topeng dhadak merak yang berupa topeng raksasa berbahan dasar bambu berhias bulu merak dengan kepala macan yang beratnya mencapai puluhan kilo dengan tinggi sekitar 2 meter.

Lahir sejak tahun 1235 M, reog pada mulanya merupakan kisah yang didongengkan di dalam istana, namun menyebar ke masyarakat dan masyarakat sangat menyukainya, sejak itulah kesenian Reog Ponorogo berkembang (Soemarto, 2014:14).