Semarak “World Turtle Day” di Rumah Penyu Mampie

Laporan: Karmila Bakri

POLEWALI, mandarnesia.com-Suasana keramaian di hari Kamis (23/5/2019), memadati Rumah Penyu Mampie di Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar.

Hari itu adalah hari penyu sedunia atau dikenal dengan istilah “World Turtle Day”. Ketua Komunitas Sahabat Penyu sekaligus Ketua Asosiasi Pariwisata Polman Muh. Yusri (30) menuturkan, rentetan kegiatan ini ada tiga item. Pertama lomba menggambar dan mewarnai Penyu tingkat TK/SD.

Kedua, diskusi lintas komunitas terkait konservasi penyu dan pelestarian lingkungan, dan ketiga pelepasan tukik ke laut.

“Saya bergerak sejak 2005 seorang diri, namun secara organisasi itu terbentuk di tahun 2015,” tutur Yusri.

Rumah penyu yang begitu keren dan artistik menjadi penambah keindahan Pantai Mampie. Pengunjung begitu happy berselfie ria.

Yusri mengatakan, rumah penyu adalah penunjukan langsung dari Kadis DKP Sulbar. Namun, sebelumnya bantuan dari Kementrian Kelautan.

Lomba menggambar penyu di Pantai Mampie/Karmila Bakri

Pagi-pagi pada pukul 08.00 Wita lomba dimula. Berbekal pensil, crayon, gambar sketsa Penyu, serta kertas gambar. Sebanyak 50 peserta dari TK/SD di Mampie dan ada pula perwakilan komunitas Anak Lontara Nusantara (ALTAR) turut hadir sebagai peserta.

Pagi cerah dan teduh anak-anak mulai berselancar memainkan jemari mereka diatas kertas gambar. Sesekali tersenyum diliputi semangat menampilkan karya terbaik. Angin laut membelai sejuk, penuh sensasi adem seiring imajinasi kreatif, anak-anak bebas berekspresi sekreatif mungkin. Bernostalgia dengan warna-warni tentu ini hal menarik bagi mereka.

Pensil, crayon, penghapus menari-nari diatas kertas gambar. Wow beragam gambar penyu unik dan penuh warna berhasil dibuat oleh peserta. Salah satu cara memperkenalkan anak sejak dini tentang satwa unik ini, satwa dilindungi oleh negara tentunya.

Di Indonesia sendiri terdapat enam jenis penyu, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys Olivacea), penyu belimbing (Dermochelys Coriacea), penyu pipih (Natator Depressus), dan penyu tempayan (Caretta caretta).

“Penyu yang biasa ditemukan di Pantai Mampie ada tiga jenis yaitu penyu lekang, penyu hijau dan penyu sisik. Namun untuk yang bertelur selama ini di Pantai Mampie hanya penyu lekang,” kata Yusri.

Lomba menggambar dan mewarnai telah finis. Saatnya penyerahan hadiah atas pemenang lomba. Salah satu peserta lomba Iin Indar Saputri dari komunitas ALTAR yang berhasil meraih juara dua lomba menggambar penyu.

“Ini pengalaman pertama saya menggambar dan mewarnai penyu, sebuah pelajaran aku dapatkan. Ternyata penyu adalah satwa yang dilindungi dan di rumah penyu ini sangat mengasikkan kita bisa belajar sama kakak Yusri bagaimana merawat, memelihara penyu, tentunya saya akan kembali lagi bersama teman-teman belajar tentang penyu di rumah penyu ini,” ujar Iin.

“Pokoknya asyik karena kita bisa langsung menyaksikan tukik-tukik. Apalagi diberi kesempatan melepas tukik itu pengalaman yang sangat menarik,” sambungnya.

Suasana diskusi lintas komunitas di atas gazebo, para perwakilan komunitas, mahasiswa, dari TNI Angkatan Laut juga hadir menyatu. Melebur dan melingkar. Hembusan angin pantai Mampie mensugesti nalar, meramu ide, gagasan, buah pengalaman tentang konservasi penyu dan pelestarian lingkungan.

Hadir pada kegiatan, Baso A. Maturungang selaku Kabid Usaha Pariwisata, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (DISPOP) Polewali Mandar. Ia sangat mengapresiasi Sahabat Penyu yang tetap konsisten bergerak untuk konservasi Penyu di Mampie ini. Tentunya sangat diharapakan keterlibatan masyarakat setempat untuk bersama-sama melestarikan Penyu.

Rumusan dari diskusi pula menguatkan tentang bagaimana sangsi tegas perlu diberlakukan agar para oknum mendapatkan efek jerah.
Penting untuk dipahami bersama, terkait landasan hukumnya, dimana tertuang pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.

Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, menjelaskan, bagi pelaku perdagangan (penjual dan pembeli) satwa dilindungi seperti penyu, dapat dikenakan sangsi hukuman penjara 5 tahun serta denda 100 juta.

Wow ngeri ternyata. Dimana masih biasa melihat aksi perdagangan telur penyu, dan aksesoris penyu diperdagangkan. Tentu ini penting tersampaikan kepada para oknum yang hobby mengeksploitasi.

Hal ini tentu harus tersosialisasikan menyeluruh ke masyarakat. Peran serta setiap element pemuda, komunitas dan seluruh masyarakat harus hadir demi pelestarian penyu. Karena urusan perlindungan satwa bukan hanya dititikberatkan pada pemerintah.

Salah satu pembahasan pula tentang aksi-aksi penanaman mangrove harus senantiasa digalakkan. Sebab mangrove adalah tanaman multi fungsi, memberi banyak manfaat terhadap pelestarian lingkungan tentu pula sangat berdampak positif untuk kelangsungan ekologis masyarakat pesisir.

Suasanapun kembali dipermanis oleh tuturan dari Hikmah selaku Kabid Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup BLH Polman. Kata dia, kepedulian sampah harus menjadi kesadaran kolektif yang harus ditumbuhkan dalam setiap perilaku.

“Melihat realitas masih banyak masyarakat yang membuang sampah plastik ke laut sehingga ekosistem di laut habitatnya terganggu akibat sampah-sampah di laut,” ucapnya.

Ia menambahkan, pintu kantor BLH Polman senantiasa terbuka bagi adik-adik pemerhati lingkungan. Keterbukaan itu, memberi ruang untuk diskusi, bersama-sama bersinergis bergerak, demi menjaga kelestarian lingkungan di daerah ini.

Cahaya senja mulai nampak tepat pukul 17.30 Wita sore. Prosesi pelepasan tukikpun dilaksanakan, ada 90 tukik dibebaskan ke laut menghirup udara kebebasan, namun tentunya tukik-tukik tersebut akan menanti sentuhan lembut manusia-manusia pecinta lingkungan, agar tukik-tukik bisa tumbuh menjadi Penyu.

Satu spirt di hari Penyu Sedunia “Cintailah Penyu sejak dini, bangunlah kesadaran kolektifitas, karena satu penyu adalah satu kehidupan,”.

Selamat Hari Penyu Sedunia!
Salam Konservasi!

Ketfot: Saat pelepasan tukik di Pantai Mampie/Karmila Bakri