dingin musim adalah cerita. Tak ada sungguh diri yang kisah,
kecuali jalan-jalan hangus terbakar. Meski tak lagi denganmu.
rumput-rumput tak menghijau. Lahar panas telah melahapnya di malam buta. pinus-pinus berderet serupa pagar-pagar jembatan, kini hanyut ke muara rindu
dan kenangan yang tandas di batu-batu.
adakah rindu dan cinta masih dapat kita gali dari tanah liat
lalu membentuknya menjadi periuk sunyi, meski kini
telah berkepingan dilebur musim?
/20-10.
Sekilas Tentang Penulis:
*Bustan Basir Maras, bekerja sebagai pengajar di dua universitas di Yogyakarta, chief editor Goeboek Indonesia-Annora Media Group, membina sejumlah komunitas di Yogyakarta dan Mandar-Sulbar. Sajaknya dimuat di sejumlah media lokal dan nasional. Beberapa bukunya yang sudah terbit, antara lain Mata Air Mata Darah (Puisi), Negeri Anak Mandar (puisi), Damarcinna dan Ziarah Mandar (kumpulan cerpen), Paqbandangang-Peppio (catatan etnografi) dan lain-lain. Pendidikan terkhirnya ia selesaikan di Pascasarjana, Jur. Antropologi, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Email: annoramedia@ymail.com.