Oleh Sudirman Syarif
SELASA siang, jalan di depan Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulawesi Barat mendadak mencekam. Kerumunan massa yang hendak menduduki kantor penyelenggara tingkat provinsi itu nekat menerobos masuk.
Namun situasi berubah, ketika pengamanan yang bersiaga mendadak menutup dua arah jalan menuju KPU. Arah utara, barat begitu pun dari arah sebaliknya. Kendaraan dialihkan dan dipaksa untuk memutar balik.
Water cannon, dan 400 personil gabungan dari Kepolisian Daerah (Polda) Sulbar, Polres Mamuju, TNI berseragam lengkap, mulai dari tameng, pentungan, senjata gas air mata hingga senjata api disiapkan untuk mengamankan massa yang beringas.
Benar saja, massa yang datang dengan jumlah banyak, kemudian berorasi menuntut bertemu dengan ketua KPU Sulbar. Massa kemudian membakar ban di tengah jalan.
Pengamanan super ketat, barikade polisi yang berjarak sekitar 15 meter dari pintu masuk KPU Sulbar menghalau demonstran yang hendak masuk. Demo pecah, demonstran ngotot masuk dan terjadilah aksi saling dorong.
Beberapa tameng milik polisi pecah karena ditendang dan dipukul menggunakan tangkai kayu yang tumbuh di sekitar jalan menuju KPU.
Serangan terhadap aparat kepolisian tidak sampai di situ, massa yang kalah jumlah dengan pihak keamanan kesal dan kemudian melepari polisi menggunakan kayu, botol air hingga benda keras lainnya.
Api berhasil dipadamkan setelah water canon digerakkan dan menyiram kerumunan demonstran. Sempat lari berhamburan, massa semakin marah bahkan berani melakukan perkelahian dengan pihak kepolisin setelah gas air mata dilempar ke arah demosntran.
Beberapa demonstran terluka kemudian ditandu untuk mendapatkan penanganan medis. Sejumlah demonstran termasuk koordinator aksi diamankan.
Namun semua adegan itu hanya bentuk simulasi aparat untuk menggelar pola penanganan dalam menjaga keamanan tahapan Pemilu 2019.
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Mamuju, AKBP Muhammad Rivai Arvan mengatakan, pelaksanakan kegiatan simulasi pengamanan obyek vital itu melibatkan jajaran Polda, Polres Mamuju termasuk pula dari TNI.
“Ini tujuannya untuk melatih anggota menghadapi situasi yang anarkis jika ada unjuk rasa dan seterusnya. Sehingga semua anggota mengetahui apa yang harus dilakukan menghadapi pengunjuk rasa,” kata Arvan di depan kantor Bupati Mamuju, Rabu (26/9/2018).
Simulasi tersebut menjadi tontonan warga yang penasaran dengan aksi-aksi polisi hebat itu.
“Simulasinya cukup natural seperti bentuk demo yang berlangsung anarkis. Yang dapat diatasi dengan baik aparat keamanan,” ujar Adi Arwan Alimin komisioner KPU Provinsi Sulbar, yang ikut bersama warga mengamati simulasi ini dari dekat.