Oleh: Sherly, Mahasiswa Unasman
Judul Buku: Cinta Dalam Diam; Penulis: Shineeminka;
Tebal Buku: 368; Penebit: Bintang Media; Tahun Terbit : 2017
Novel dengan judul Cinta Dalam Diam menceritakan dua orang insan berbeda dan berkepribadian bertolak belakang. Zahra yang lebih menyukai celana jins dan kemeja saat bepergian dipaksa memakai gamis oleh sang ibu yang dimintai untuk menghadiri pengajian rutin. Zahra yang memang tak menyukai pengajian karena bahasannya yang menurut Zahra tak cocok untuk Zahra. Zahrah memilih untuk menghabiskan waktunya dengan membaca sebuah buku yang sampulnya tak sengaja menarik perhatiannya. Menghabiskan waktu mengelilingi taman Tante Anisa. Setelah bosan melihat pemandangan taman, kursi yang berada jauh dari Zahrah menjadi pilihannya untuk membunuh rasa bosan dengan membaca buku yang sedaritadi berada ditangannya. Membaca buku sampai melupakan waktu. Setelah mendapat panggilan dari sang ibu, Zahra melangkah lebar-lebar untuk menemui ibunya, berkat terburu-buru Zahra tersandung batu karena ceroboh. Berkat kecerobahannya tersebut, kejadian itu menjadi awal jumpa Zahra dan Ali, yang menurut Zahara songong karena perkataan pedis dan tak sopan dari Ali. Pertemuan awal itu menjadi kisah awal bagi mereka. Dan menjadi bencana bagi Zahra.
Ali seorang pria Sholeh yang mengikuti semua kemauan sang ibu untuk menikah dibanding menuruti keinginan untuk melanjutkan S3nya di Jerman. Karena jika menentang perintah sang ibu. Ali yakin bahwa ilmu yang akan didapatkannya kelak tak akan mendapat berkah dari Allah. Akhirnya Ali datang untuk melamar seorang yang telah dipilihakan oleh sang ibu, anak dari sahabat Tante Anisa. Zahra gadis kekanakan yang ceroboh yang tak bisa lagi Ali tolak karena tak ingin mendapat kemaharan dari sang Ibu jika membatalkan perjodohan.
Perjodohan yang menjadi boomerang bagi Zahra karena tepat setelah ikrar suci terucap Zahra telah menetapkan hati untuk Ali. Sedang di hati Ali telah tertoreh wanita lain yang selama ini dicari. Pertemuan tak terduga Ali dan Ayana, seseorang yang menjadi cinta pertamanya karena kesholehah-an Ayana membuat hati Ali goyah dan berkata tak mencintai Zahra tepat setelah janji suci telah terikrarkan. Menyisakan luka dihati Zahra, sedang Zahrapun tak bisa mengadu pada sang ibu karena tak ingin membuat ayah ibunya sedih.
Danang sahabat Ali yang mengetahui kisah Ali datang untuk menasihat Ali “Jodoh itu rahasia Allah. Allah pertemukan kita pada orang yang salah pada awalnya dan mempertemukan kita dengan jodoh yang tepat pada akhirnya. Itulah tanda bahwa Allah sayang pada hambaNya. Dia yang menurutmu baik belum tentu terbaik untukmu. Allah maha tahu apa yang terbaik untuk hambaNya” perkataan Danang mampu menampar telak hati Ali dan memilih untuk melupakan tentang cintanya.
Setelah beberapa waktu bersama, Ali kembali goyah akan kenyataan bahwa Ayana pun menyambut rasanya. Kalimat andai terngiang diotak Ali. Kegoyahan Ali tak luput dari pandangan Zahra. Zahra merasa menjadi penghalang akan cinta dalam diam Ali dan Ayana. Zahra telah memutuskan apapun pilihan Ali akan dia terima asal membuat Ali mendapatkan kebahagiaan meski hatinya akan tertoreh luka, Zahra merasa tak apa. Bagi Zahra “Cinta bukanlah memiliki dan dimiliki. Namun, cinta adalah pengorbanan dan perjuangan”. Zahra akan tatap berada disamping Ali membantu Ali untuk mendapatkan pilihan meski pilihan Ali akan menyulitkan rasa Zahra, atau pilihan Ali akan menyakiti hatinya. Zahra yakin buah dari rasa sabarnya akan dihadiahi kebahagiaan oleh sang Maha Cinta.
Setelah semua hal menyakitkan untuk Zaharah, akhirnya Ali bertekad untuk mengabaikan rasanya terhadap Ayana. Meski Ali tau Ayana pun membalas cintanya. Sedang Ayana tetap gencar untuk mendapatkan hati Ali kembali. Cinta Ali datang setelah medapatkan teguran dari sang Maha Kuasa. Keegoisan Ali berujung penyesalan dan rasanya membuat jantungnya teremas sakit. Ditambah dengan sosok Andra yang datang mengutarakan kepada Ali bahwa Andra menyimpan rasa untuk Zahra.
Tapi kenyataannya tak semudah itu bagi kisah Ali dan Zahra, kemarahan Zahra membungkam Ali. Serta rasa cinta Ayana yang membuat Ayana buta nyaris menghalalkan segala cara untuk bersama Ali menjadi pelengkap kesengsaraan bagi Ali. Nyatanya tak ada yang berjalan mulus bagi Ali, kini giliran Ali yang berjuang untuk mendapatkan hati dari Zahra. Saat Ali meminta kesempatan Zahra menjawab dengan keegoisan “Kesempatan untuk apa? Kesempatan untuk menyakitiku lagi?” jawaban Zahra membuat tubuh Ali beku, membungkam Ali dengan telak. Tak ada kemudahan untuk meredam rasa kecewa Zahra meski keduanya masih saling menyinta.
Kesakitan serta kesalahpahaman yang terus berdatangan bahkan setelah Zahra sudah ingin membuka kesempatan untuk Ali, kesalahan berkat jawaban ragu Ali membuat Zahra urung untuk membuka hatinya kembali. Hatinya telah hancur sedemikian rupa, nyatanya kisah mereka tak akan menemukan ujung bahagia dengan mudah.
“Aku mohon… tetaplah disampingku, Ra.” kalimat Ali sontak membubuhkan rasa benci di hati Zahra, tak akan sanggup Zahra untuk berada disamping Ali ketika sebuah kenyataan menyakitkan membelunggu dan kecewa lagi-lagi bergelung hatinya. Keraguan Ali justru semakin membuat Zahra tak bisa untuk bertahan. Allah Maha membolak balikkan rasa. Cinta Ali yang sudah ada menguasai hatinya namun datangnya kurang cepat. Hati Zahra sudah terlanjur sakit membuatnya ingin berpisah. Nyatanya kebahagiaan bagi Ali dan Zahra hanyalah sebuah perpisahan.
Dan untuk Ayana yang cintanya telah buta pun sudah mempunyai karmanya sendiri. Dengan adilnya Allah membalikkan keadaan, menampar Ayana dengan kesadaran. Bentuk kebencian karena cinta yang tak bersatu yang membuat matanya buta akan apa yang seharusnya tak dilakukan. Pun juga rasa bencinya akan masalalu yang merenggut kebahagiaan Ayana balaskan dengan cara menyakiti Zahra sedemikian rupa. Dia lupa dan begitu sombong akan derajatnya sebagai manusia sehingga kebencian bersarang dihatinya alih-alih memaafkan. Kisah Ayana berakhir dengan penyesalan.
Setelah semua kesakitan dan penyesalan terjadi kisah Cinta Dalam Diam berakhir bahagia. Semuanya telah menjemput bahagia mereka masing-masing. Kisah mereka Cinta Dalam Diam antara Ali, Zahrah, Ayana dan Andra tak akan bisa seperti kisah Cinta Dalam Diamnya Sayyidina Ali dan Fatima az-Zaharah.