Cerpen: Nurhaeni
Hai, namaku Nurhaeni, silahkan panggil aku Eni, lahir 03 Maret 2000, di Kuningan. Aku mempunyai lima saudara, dan aku anak bungsu. Aku lahir di keluarga yang sederhana, dididik dengan kasih sayang oleh kedua orang tuaku. Saudara-saudaraku sudah bekerja, juga ada yang sedang menempuh pendidikan sepertiku. Bapakku seorang petani dan ibuku hanya mengurus rumah dan keluarga.
Cuaca Polewali pagi ini cerah. Sinarnya masuk lewat celah-celah tirai jendela kamar. Aku bangun tepat jam enam pagi. Semalam aku nginap di rumah kakak dan rencana hari ini aku balik kerumahku. Benda yang pertama kucari ialah handphone. Aku dapat kabar dari Raka bahwa dia tak bisa menjemputku pagi ini. Yah rasa kecewa pasti ada. Katanya sih dia bisanya jemput pas sore saja. Yah mau tidak mau aku harus nunggu.
Aku keluar dari kamar dan melihat situasi di luar rumah. Ternyata di luar sana sudah ramai oleh penjual dan pembeli di pasar sentral. Dan segeralah aku menuju kamar mandi untuk menyegarkan badan. Sesudahnya aku mempersiapkan diri dan semua barang yang akan kubawa pulang sebentar sore. Tiba-tiba aku dapat kabar dari Raka katanya orang tuanya akan pergi berbelanja di pasar sentral. Jadi aku disuruh ikut dengan ibu dan ayahnya Raka. Aduh rasanya aku malu, “nanti kalo pulangnya bersama ibu dan ayahnya aku bagaimana?? Apa yang harus ku katakan” kataku dalam hati.
Handphoneku berdering, telepon dari ibu Raka, kata ibunya dia sudah ada di parkiran dan menunggu untuk balik ke rumahnya. Aku bergegas menuju ke sana. Sampai disana kami langsung bergegas pulang, dalam perjalanan kami hanya berbicang tentang kabar diriku dan orang tuaku. Tidak terasa kami sudah berada di tempat tinggalku tapi tidak ada ciri-ciri untuk berbelok ke lorong rumahku. Dan ternyata ibu dan ayahnya membawaku kerumahnya.
Perasaanku menjadi tidak karuan, antara senang dan malu. Lama tidak berkunjung ke rumahnya, ketika ingin berkunjung, dijemput langsung sama orang tua Raka. Sangat bersyukur bisa mengenal dia dan keluarganya.
Sampai di rumahnya. Aku diajak ibu Raka masuk kerumah bertemu Raka dan adik-adiknya. Setelah itu Raka mengajakku masuk ke dapur untuk belajar memasak dengan ibunya.
Pertama yang akan kubuat adalah membuat ikan tumis. Disini aku membuat bumbunya sedangkan ibunya membersihkan ikannya. Rasanya diri ini sangat grongi sampai-sampai aku lupa bahan apa saja yang ku butuhkan.
Berulang kali aku bertanya, sampai malu karena terus bertanya. Dan pada akhirnya bumbunya selesai juga. ” Lega deh” kataku dalam hati sembari membersihkan tempatku membuat bumbu tadi. Selanjutnya aku lanjut membersihkan kepiting dan ikan kecil itu.
Awalnya aku tidak tahu memulainya dari mana soalnya aku tidak pernah membersihkan kepiting. Ternyata cara disiram pake air hangat lalu dibersihkan menggunakan sikat kecil agar lumut-lumutnya hilang.
Dewi adik Raka membersihkan bumbu yang akan diolah menjadi sambal, dengan hati-hati dia menggunakan pisau tajam itu. Suasana di dapur sibuk akan pekerjaan masing-masing. Apalah aku yang pemalu, yang berbicara ketika itu penting. Raka dan ayahnya siap-siap menuju ke mesjid untuk melaksanakan salat Jum’at.
Tiba-tiba adik Raka yang bungsu masuk ke dapur.
“ Mama… Mama.. Sudah selesai masak?” kata Ila adik Raka
“ Iya nak sedikit lagi” kata ibu Raka
Lalu Ila menuju ke aku, melihat diriku yang masih sibuk akan kepiting-kepiting ini. Dia tersenyum malu. Dan bertanya tentang kepiting tersebut. Akhirnya kepiting ini selesai kubersihkan, lalu ibu Raka memasak kepiting itu.
Diriku lanjut membersihkan ikan kecil dengan cara membuang kepalanya saja. Sudah beberapa menit kulakukan tapi belum juga selesai.
Ibu Raka memanggil Ila dan tak lupa juga memanggil Dewi dan diriku untuk menyantap makan siang.
“Makan? Iya setelah pekerjaanku selesai” kataku dengan wajah malu.
“ Kemarilah makan dulu” kata ibu Raka.
Kembali kuingat kata ibuku, “tidak baik menolak tawaran yang baik”
“Ila kemarilah makan” ajak ibu Raka memanggil Ila.
Aku dan Dewi makan di meja makan sedangkan Ila makan di depan TV sambil menyaksikan film kartun kesukaannya.
Ibu Raka masih saja sibuk memasak makanan yang akan dibawa oleh ayah Raka keluar kota. Makanan yang kumakan rasanya enak sekali seperti masakan ibuku.
Aku makan selalunya telat, Ila dan Dewi sudah selesai. Di piringku masih ada makanan yang harus kuhabiskan. Perutku kenyang dan sangat bersyukur atas segala nikmat hari ini.
Lanjut kubersihkan ikan kecil itu yang tersisa sedikit, ditemani Dewi sambil bercerita tentang pengalaman pribadinya.
Dewi yang tidak suka membersihkan ikan, dia lebih memilih membersihak membersihkan bahan-bahan dapur. Walaupun dia was-wass saat menggunakan pisau.
Tidak terasa pekerjaan ini selesai juga. Aku mencuci tangan berulang kali hingga bau amis di tangan hilang. Suara motor berbunyi di teras rumah sepertinya Raka dan ayahnya telah selesai melaksanakan salat Jum’at. Aku yang berada di kamar mandi sedang mencuci tangan dengan pintu terbuka.
Tiba-tiba Raka muncul di pintu dan berkata kepadaku
“ayo kita makan”
“Iya sudah makan” kataku
“kamu suah makan sup kepiting itu??”
“Iya”
Raka paling tahu tentang diriku, dua hari yang lalu dia mengirim pesan ke WhatsApp gambar makanan, sup kepiting, dia tau kesukaanku, Dan hari inilah dia mengajakku makan sup kepiting buatan ibunya yang sangat enak.
Setelah selesai mencuci tangan aku menuju kamar Dewi, Dewi yang sedang bersantai sambil terseyum ke layar Handphone. Aku menghampirinya lalu baring di sampingnya sambil memainkan Handphoneku. Spring bed empuk dan bantal yang empuk seakan membuatku tertidur.
Jam menunjukan pukul 13.30 WITA, ayah Raka mulai sibuk mempersiapan semua barang yang akan dibawa. Raka membawa semua ke mobil. Sedangkan ibunya sibuk mempersiapkan bekal yang akan dibawa. Setelah semua selesai kami berkumpul di teras rumah lalu ayah Raka berpamitan kepada kami semua. Aku, Raka dan Ila menuju ke ruang keluarga, di ruangan ini Ila mengajakku main game, seru juga maih game bareng Ila. Sedangkan ibunya dan Dewi berada di kamar masing-masing.
Saking asik main game tidak terasa hari semakin sore. Aku siap-siap balik kerumahku. Berpamitan kepada ibu dan adik-adik Raka, sebelum pulang ibu Raka memberiku buah tangan. Aku balik ke rumah bersama dengan Raka dengan mengendarai sepeda motor.
Di perjalanan pulang aku melihat gerobak minuman yang sangat terkenal. Tiba-tiba Raka menepi, kemudian membelikan aku minuman coklat itu. Yang rasanya enak dan segar. Nama minuman ini ialah Obat Haus, betul-betul menghilangkan rasa haus.
Sampai di rumah, ada ayah dan ibu sedang duduk di teras rumah sambil memandang bunga-bunga. Raka bergabung bersama kedua orang tuaku sambil bercerita-cerita. Aku yang langsung menuju ke kamar meletakan semua barang bawaanku. Kemudia masuk ke dapur untuk membuatkan mereka minuman hangat, menjadi teman cerita mereka.
Aku bersyukur telah mengenal Raka dalam hidupku. Begitu perhatian dan selalu ada untukku. Aku berharap diapun merasakan hal yang sama terhadapku.
Untuk Raka kuucapkan terimakasih.