Program Pemberian Makanan Bergizi untuk Anak Sekolah

Penulis : FAO, IFAD, UNFPA, WFP, WHO and UNICEF

Untuk meminimalkan penyebaran pandemi COVID-19, Pemerintah telah menutup pembelajaran di sekolah untuk sementara, berdampak pada lebih dari 48 juta pelajar di lebih dari 360,000 sekolah dari pendidikan usia dini hingga tinggi, dan tingkat putus sekolah dikhawatirkan akan meningkat karena orang tua kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian. Penutupan sekolah tidak hanya mempengaruhi kualitas pendidikan anak, namun juga membuat mereka tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan dan gizi penting yang ada di sekolah, termasuk pemberian makanan sehat dan bergizi untuk anak sekolah. Dalam konteks ketahanan pangan, pemberian makanan di sekolah merupakan bagian dari jaring pengaman sosial untuk anak dan rumah tangga dimana program ini menyediakan makanan bergizi yang dibutuhkan oleh anak sekolah. Ketidakhadiran mereka di sekolah dapat mempengaruhi status kesehatan dan gizi anak.

Di Indonesia, setidaknya ada 148,500 anak sekolah di beberapa provinsi yang tidak lagi mendapat makanan bergizi di sekolah, di mana bagi para murid, makanan ini merupakan makanan bergizi yang utama dari makanan sehari-hari mereka. Untuk banyak rumah tangga miskin, pemberian makanan di sekolah menggantikan 10% dari pengeluaran bulanan mereka untuk makanan, dengan adanya penutupan sekolah tentu akan menambah beban ekonomi mereka. Untuk menjaga kondisi kesehatan dan gizi anak usia sekolah selama masa krisis, dibutuhkan upaya gabungan antara Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah terkait, pihak donor, dan mitra terkait baik dalam jangka waktu pendek maupun menengah. Petunjuk pelaksanaan bersama dari FAO, UNICEF dan WFP terkait program pemberian makanan bergizi untuk anak sekolah telah tersedia19.

Tindakan yang direkomendasikan selama tidak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah:

  1. Menyediakan informasi dan komunikasi kepada seluruh staf sekolah, guru, orang tua/wali murid dan peserta didik tentang pentingnya pola makan yang sehat dan aman, menjaga kebersihan, dan berolah raga yang sesuai dengan anak usia sekolah. Informasi yang disediakan harus mudah untuk diakses dan mudah dipahami, serta bisa ditautkan dengan pesan upaya pencegahan penyebaran COVID-1920.
  2. Jika memungkinkan, saat sekolah tutup, tetap melanjutkan program pemberian makanan bergizi untuk anak sekolah dengan menggunakan metode alternatif distribusi lain melalui sistem katering, distribusi bahan pangan yang dapat dibawa pulang, pemberian voucher, atau bantuan uang tunai, dengan standar perlindungan pencegahan infeksi. Hal ini diharapkan dapat memberikan akses untuk anak-anak agar tetap mendapat makanan bergizi setiap hari. Dalam situasi dan kondisi di mana pemberian makanan di sekolah masih tetap tidak memungkinkan, pemerintah harus mempertimbangkan agar anak sekolah menjadi bagian dari program jaring pengaman sosial yang sudah ada. Pemerintah dapat menjajaki penggunaan media on line,dan platform yang ada dalam telepon genggam, jaringan radio, dan saluran di berbagai media massa lainnya dalam menyiarkan pesan untuk melanjutkan distribusi makanan.

Tindakan yang diperlukan saat sekolah sudah merencanakan akan atau sedang dibuka kembali:

  1. Sebelum sekolah dimulai, perlu melakukan peninjauan dan mengerahkan sumber daya yang ada untuk mengatasi kesenjangan air, infrastruktur kebersihan dan sanitasi, pasokan, dan meningkatkan protokol serta petunjuk kesehatan sekolah dan ketahanan pangan.
  2. Saat sekolah sudah kembali dimulai, perlu memperkuat pesan-pesan tentang gizi yang baik dan manfaat dari pola makan sehat, aktif bergerak, serta perilaku hidup bersih sebagai suatu kebiasaan kepada peserta didik, staf sekolah, orang tua/wali murid dan masyarakat.
  3. Pemberian makanan bergizi di sekolah akan menarik peserta didik untuk kembali ke sekolah saat sekolah kembali dibuka. Siapkan perencanaan, dan siapkan para guru, staf sekolah, untuk melanjutkan kembali kegiatan pemberian makanan di sekolah, serta pelayanan kesehatan dan gizi. Selain itu, perlu mendorong orang tua dan anak untuk kembali ke sekolah dan mendapat manfaat dari pelayanan kesehatan dan gizi di sekolah.
  4. Setelah kegiatan berbasis sekolah kembali dimulai, Pemerintah disarankan untuk melakukan peninjauan potensi untuk mengembangkan program pemberian makanan di sekolah yang dibiayai dari anggaran nasional/ daerah dan melihat program ini sebagai bagian dari cakupan jaring pengaman sosial dengan menyediakan bantuan peningkatan pendapatan secara tidak langsung untuk rumah tangga dan masyarakat yang dapat mengurangi dampak negatif dari COVID-19 dalam bidang ekonomi dan ketahanan pangan.

 

Footnote :

19 FAO, UNICEF, WFP. Mitigating the effects of the COVID-19 pandemic on food and nutrition of schoolchildren. 27 March 2020. http://www.fao.org/documents/card/en/c/ca8434en
20 UNICEF, WHO, IFRC: IASC 2020 Interim guidance for COVID-19 prevention and control in schools, March 2020, https://interagencystandingcommittee.org/other/interim-guidance-covid-19-prevention-and-control-schools-jointly- developed-ifrc-unicef-and

Sumber Ilustrasi : Tirto.id
Bagian dari Artikel Pernyataan Bersama PBB tentang Ketahanan Pangan dan Gizi dalam Konteks COVID-19