Reporter : Busriadi Bustamin
MAMUJU,mandarnesia.com-Pasca jebolnya Bendung Kayuangin, Selasa (21/1/2020) lalu, di Desa Kayuangin Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, dinilai lamban.
“Lambannya penyelesaian kasus jebolnya Bendung Kayuangin di Polda Sulbar, membuktikan bahwa penyidik tidak bekerja serius untuk menuntaskan kasus tersebut,” sebut Zulkifli Hasanuddin Praktisi Hukum, Jumat (22/5/2020).
Padahal, kata Zulkifli, proses penyelidikan yang dilakukan pihak Polda Sulbar sudah cukup lama. Sehingga, menurutnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI sudah perlu turun tangan melakukan supervisi.
“Jika perlu KPK mengambil alih penanganan kasusnya, karena jumlah kerugian negara diatas Rp 1 miliar. Dan itu menjadi kewenangan KPK,” katanya.
Ia mengatakan, seharusnya Polda Sulbar memberikan update penanganan kasus. Karena itu merupakan kasus korupsi atau kasus extra ordinary crime.
“Dengan adanya update kasus, publik dan media bisa mengetahuinya,” ungkap Zulkifli.
Direktur Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Sulbar Kombes Polisi Justinus Suprianto menuturkan, proses penyelidikan kasus Bendung Kayuangin masih tetap berjalan.
“Masih proses sidik mas. Dan hasil lab sudah ada. Tapi kami tidak bisa menyampaikan karena untuk kepentingan penyidikan,” katanya.
Sehingga, Justinus mengelak, jika dukatakan proses penyelidikan Bendung Kayuangin dinilai lamban.
“Saya rasa tidak lamban. Banyak saksi yang berdomisili di luar Mamuju. Sehingga pemeriksaan memerlukan waktu lebih banyak,” jelasnya.
Wakil Ketua Komisi 2 DPRD Majene Rahman mengatakan, sejak jebolnya Bendung Kayuangin Januari lalu, pihaknya telah mengagendakan kunjungan kerja ke balai provinsi.
“Cuman di bulan Maret kemarin mepet karena langsung masuk corona,” katanya.
Rahman berjanji, setelah Covid-19 berakhir, barulah agenda bisa kembali dilanjutkan.
“Tetap akan dilanjutkan. Banyak agenda kemarin di cancel persoalan corona,” tandasnya.
Rabu (20/5/2020), pembangunan bendung darurat Kayuangin jebol. Robohnya bendung diakibatkan hujan deras yang mengguyur wilayah Malunda, juga dipicu pengerjaannya dinilai asal-asalan.
“Yang namanya pekerjaan darurat pastinya proses kerjanya asal-asalan,” tegas Idris warga setempat.