Kedua, ada dugaan bahwa meningkatnya aktivitas kegempaan di Mamasa ini terpicu oleh aktivitas gempa kuat di Palu-Donggala M=7,4. Sangat mungkin transfer stres statis yang positif dan besar mereaktivasi struktur Sesar Sadang yang letaknya di selatan Sesar Palu Koro. Hasil analisis Static Coulomb Stress Changes gempa Palu-Donggala dapat menjelaskan fenomena kemungkinan terjadinya picuan ini.
Meskipun belum ada laporan terjadinya kerusakan bangunan rumah sebagai akibat dampak gempa, tetapi dengan makin seringnya terjadi gempa dirasakan di wilayah ini telah menjadikan masyarakat Mamasa dan sekitarnya menjadi resah.
Hal ini wajar karena wilayah Mamasa selama ini memang termasuk kawasan aktivitas kegempaan rendah (low seismicity) dan catatan gempa merusak di daerah ini sangat jarang. Sehingga wajar jika masyarakat setempat menjadi resah akibat adanya aktivitas gempa yang dinilai tidak lazim ini.
Terkait meningkatnya aktivitas kegempaan di Mamasa, dilaporkan beberapa warga sempat mengungsi ke Wilayah Toraja dan daerah lainnya karena adanya kekhawatiran akan terjadi gempa kuat. Hal ini dapat dipahami karena pasca terjadinya gempa merusak di Lombok dan Palu, masyarakat Mamasa diliputi ketakutan dan kekhawatiran terkait meningkatnya aktivitas gempa di daerahnya.
BMKG Pusat Jakarta sudah menugaskan dan memberangkatkan tim survei dari Balai Besar BMKG Wilayah IV Makassar untuk memberikan penjelasan dan sosialisasi mitigasi gempabumi. Ini penting agar masyarakat setempat menjadi lebih waspada dan memahami cara-cara selamat dalam menghadapi gempa. BMKG juga memonitor aktivitas gempa susulan di Mamasa dengan memasang portable digital seismograf.
(Rilis Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG)