Reporter: Sudirman Syarif
MAMUJU, mandarnesia.com — Ribuan orang telah meninggalkan rumah, keluar dari daerah mereka di Kecamatan Malunda, Ulumanda dan Kabupaten Mamuju pasca gempa 6,2 skal richter, Jumat (15/1) lalu.
Trauma gempa dan kesulitan ekonomi yang diperburuk dengan penanganan distribusi bantuan logistik yang tidak merata, serta penanganan medis yang belum menjangkau semua titik-titik posko pengungsian, mengkhawatirkan akan membuat hidup semakin sulit.
Belum lagi informasi gempa dan tsunami tersebar luas yang belum jelas sumbernya. Sejak Jumat siang, puluhan warga Kecamatan Malunda telah memasuki wilayah Kabupaten Polewali Mandar, di Kecamatan Tinambung, dan masih terus bertambah hingga kini.
Dengan penuh rasa khawatir dan trauma, sebagai warga memilih tinggal di rumah keluarga, dan sebagai lagi tinggal di ruang kelas yang sengaja disiapkan oleh pihak sekolah. Lapangan yang berada di dekat Kantor Kecamatan Tinambung, juga terpasang tenda-tenda pengungsi.
“Kita memilih di sini, karena disiapkan (Makanan), dan diperhatikan. Terima kasih,” kata salah seorang pengungsi dari Desa Makatta, Kecamatan Malunda, Kaco saat ditemui mandarnesi.com di lokasi pengungsian, SMA 1 Tinambung,” Ahad (17/1/2020).
Menurut pihak sekolah, sudah ada sekitar 90 lebih warga asal Malunda yang ditampung di sekolah. “Mungkin akan sampai ratusan, karena kabarnya akan ada yang datang lagi,” kata Topan salah satu guru di SMA 1 Tinambung.
Pihak sekolah juga menyediakan makan minum bagi pengungsi. Termasuk petugas medis telah disiagakan di gedung sekolah. “Medis sudah ada. Pokoknya mereka saudara kita, kasihan, kita harus bantu. Kita juga prihatin,” jelas.
Di titik tertentu, puluhan pemuda telah berada di jalan, untuk meminta sumbangan bantuan kepada pengguna jalan bagi korban gempa Majene-Mamuju. Ada juga yang mendatangi rumah-rumah warga. Dari balik suara pengeras masjid, terdengar penyampaian agar warga membantu saudara yang datang mengungsi di Tinambung.
Dari pantauan mandarnesi.com, di sepanjang jalan Trans Sulawesi, beberapa pos singgah yang diperuntukkan bagi korban gempa disiagakan. Setiap pengguna jalan diminta untuk berhenti dan beristirahat, atau sekedar diberikan makan dan minuman.
Para pengungsi belum bisa memastikan kapan akan kembali ke rumah. Gempa susulan yang masih terus menerus terjadi, menjadi penghalang bagi mereka untuk kembali.
Gempa yang berlangsung dini hari itu menewaskan puluhan orang yang tengah terlelap tidur. Ratusan orang dilaporkan terluka, dan masih ada korban yang belum berhasil dievakuasi.