Oleh : Dini Nurcahningrum*
Berbicara tentang pendidikan tentunya selalu menarik apalagi membenturkan situasi saat ini. Pendidikan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia bahkan ia kebutuhan utama manusia selain makanan sebab demikian pendidikan adalah metode mencari tahu apa yang belum tahu demi mengetahuinya, nah acapkali orang memahami hakikat ini tetapi dalam menganalisis situasi hari dengan pembacaan kondisi objektif terbilang minim, di mana pendidikan nasional hari menjurus pada pembunuhan kreasi mahasiswa itu sendiri dan bertolak dari jatih dirinya, yaitu mengangkat kodrat manusia pada dasarnya.
Kemudian pendidikan ialah kebutuhan utama yang harus dimiliki oleh manusia guna mengembangkan potensi diri. Sekalipun dalam sejarah manusia, dari lahir secara tidak sadar, kita pada tahap pendikan yaitu pendidikan pertama oleh orang tua (pendidikan informal) yang kian akan di berkembang dan maju sebagai mana proses waktu berjalan hingga sampai pada titik pendidikan formal dan nonformal. Jika mula mulanya manusia memiliki dasar pendidikan yang bagus, maka hal itu lebih mudah dalam mengembangkannya, lalu cara beradaptasi akan kehidupan barunya.
Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki sesuatu yang menjual. Hanya dengan menggunakan keterampilan mereka, mereka bisa menghidupi Terlebih-lebih diri sendiri, bila itu kita mengaitkan masa depan. Hal ini berbeda dengan manusia yang belum mengenyam pendidikan formal pada khususnya sebab mau tidak mau harus di akui bahwasaya memang ada perbedaan antara orang yang mengenyam pendidikan formal dengan yang tidak, maka hal ini besar harapan moril kepada pemerintah dalam memperhatikan sistem dan kondisinya sebagaimana yang di undangan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2
Angka kemiskinan dan maraknya pengangguran juga tidak lepas dari kebijakan pemerintah. Sejatinya jika semua mendapatkan pendidikan layak tanpa sepihak, besar kemungkinan pengangguran merosot dan bisa saja musnah. Kenapa demikian? Karena hari ini acapkali masyarakat tak berupaya untuk mendorong anak dalam melanjutkan pendidikan ke tahap berikutnya ( perguruan tinggi) atas dasar minimnya ekonomi. Beberapa hari yang lalu, penulis secara tidak segaja membaca tulisan kawan yang tertib dalam media online nalar politik yang judulnya biaya pendidikan mencekik anak petani, dalam artikel itu penjelasan yang tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi saat ini, pendidikan yang tidak merata serta dalam tahun ke tahun semakin mahal dan pada akhirnya masyarakat kewalahan menghadapi tantangan ini.
Jika semuanya tak ada lirikan oleh pemerintah maka kami rakyat tak mampu mau berbuat apa? Sebab pemerintah juga tak ada hentinya berkoar akan menyejahterakan rakyatnya, namun itu belum ada bukti konkret yang hadir di tengah tengah kesulitan rakyat hari ini. Pasalnya, Tidak ada kesejahteraan masyarakat bawah jika kelas-kelas masih ada, kebijakan-kebijakan yang diterapkan pro dengan kapitalis, kemudian pendidikan ikut di kapitalisasi. Bilamana paradigma pendidikan yang kita pakai selama ini dipertahankan (status quo), wajar rakyat masih digelimuti cemkraman. Apalagi dalan era revolusi industri 4.0 dimana Saat manusia hidup di jaman yang serba modern, sehingga segala sesuatunya menjadi lebih canggih termasuk tehnologi. Tehnologi kini memenuhi kehidupan manusia, bahkan alat – alat sederhana seperti pembuka kaleng telah menggunakan tehnologi. Akibat dari meningkatnya perkembangan tehnologi ini, perlu ilmu untuk mengimbanginya.
Hal ini dikarenakan untuk menguasai tehnologi atau mengoperasikan tehnologi cukup sulit. Kita harus memiliki pengetahuan untuk menggunakannya. Dengan memiliki pendidikan yang layak wajib hadir di sana sebagai suatu pondasi dalam menghadapi arus globalisasi ini. Hal ini memang mempermudah proses, Dengan mudah menggunakan tehnologi dan mengambil manfaat yang sangat banyak dari tehnologi tersebut. Sebaliknya, jika manusia tidak memiliki pengetahuan tentang tehnologi atau gaptek, mereka akan tertinggal dan tidak bisa mengambil manfaat pada tehnologi, oleh karena itu butuh kerja keras pemerintah dalam mensosialisasikan hal ini pada masyakarat, itu mula mulanya
Semua ini penulis bermaksud bercerita dengan tulisan sebagaimana pembacaan dalam melihat kondisi hari ini, dan lagi ku ingin menyampaikan bahwa pendidikan tidak mengenali latarbelakang artinya : petani,buruh dan bangsawan layak nya Jangan ada perbedaan sejatinya kita manusia yang di tuntut memanusiakan manusia itu sendiri.
Ilustrasi : Freepik
*Mahasiswa UST Yogyakarta, Asal Gunung Kidul Yogyakarta