Mandarnesia.com — Gempa dan tsunami yang terjadi pada hari Jumat, 28 September 2018 di Sulawesi Tengah terutama di Kabupaten Donggala dan Kota Palu telah mengakibatkan ribuan korban jiwa. Bencana ini berlangsung sangat cepat dan merusak bangunan, dan infrastruktur penting dan mengubah wajah Kabupaten Donggala dan Kota Palu.
Untuk menggambarkan situasi dan kondisi lokasi bencana, LAPAN sesuai dengan SOP-nya bahwa dalam waktu 1 x 24 jam setelah bencana harus dapat menyajikan situasi dan kondisi bencana dengan citra satelit yang tersimpan dalam Bank Data Penginderaan Jauh Nasional.
Dalam sitat mandarnesia.com per tanggal (29/9/2018) kasus gempa dan tsunami yang terjadi ini, LAPAN menyebutkan, sejak tanggal 28 September 2018 sore sudah membentuk tim dan menganalisas data satelit penginderaan jauh yang tersedia, Data yang digunakan adalah data SPOT 6/7, Pleiades, dan data DEM Nasional.
Tim menyajikan dua tipe informasi untuk dapat dipergunakan, pertama, Peta Citra Satelit wilayah terdampak Gempa dan Tsunami, Peta ini memberikan informasi kondisi bangunan, penutup lahan dan infrastruktur penting di wilayah yang berpotensi terkena dampak. Peta yang disajikan dalam bentuk peta skala 1: 5000 sehingga dapat digunakan untuk melihat kondisi dan situasi wilayah yang kemungkinan terkena gempa dan tsunami.
Kedua, peta Zona Potensi Genangan yang diperoleh dari model sederhana dengan menggunakan data Digital Elevation Model (DEM) dengan skenario berbagai gelombang tsunami. Model belum memperhatikan daya dorong gelombang dan juga hambatan.
Peta ini menunjukkan zona potensi genangan jika gelombang tsunami terjadi pada tinggi gelombang tertentu (2,5 m, 5 m, 7.5 m dan 10m). Peta ini kemudian ditumpangsusunkan dengan peta citra satelit resolusi tinggi sehingga dapat diperkirakan objek-objek apa yang terdapat dapat zona potensi genangan tersebut. Dalam peta diketahui pada zona genangan terdapat berapa banyak rumah, penggunaan lahan maupun infrastruktur yang ada dalam zona tersebut.
Dua peta ini yang dengan cepat dihasilkan dalam waktu 1 x 24 jam untuk memberikan gambaran umum wilayah yang kemungkinan terkena dampak bencana.
Untuk memperkaya data, selain memprogramkan untuk memperoleh data setelah bencana, Tim juga mengaktifkan internasional charter untuk mendapatkan data penginderaan jauh dari komunitas internasional baik sebelum dan sesudah bencana. Harapannya setelah diperoleh data dari komunitas intenasional (International Charter on Space for Major Disaster), akan dapat diperoleh data satelit penginderaan jauh setelah terjadi bencana.
Foto hasil pengindraan ini dapat memberi analisa jumlah bangunan, penggunaan lahan dan area terdampak bencana. Tim LAPAN akan bekerja bersama dengan komunitas internasional tersebut dalam waktu 7 hari sesuai SOP yang ditetapkan dan dapat diperpanjang hingga 1 bulan. (sp/lapan)