Misterius, Rawasiah Seperti Hilang Ditelan Bumi

Laporan: Sudirman Syarif

Rawasiah “Lenyap ditelan bumi”. Menjadi kalimat pembuka wawancara reporter mandarnesia.com dengan keponakan korban, Ramlah Warga Dusun Lombona, Desa Tubo Tengah, Majene yang raib di Tanete Ku’bur Sendana, Selasa (24/7/2018) lalu.

Hal tersebut ia sampaikan setelah empat hari mencari perempuan berperwakan tegap itu. Rawasiah belum menyembulkan isyarat ke mana ia pergi.

Keranjang karung bekas dan tongkat yang biasa ia gunakan ketika berangkat ke kebun untuk menjaga sarang burung walet milik sepupunya, juga lenyap.

Jika ditaksir, jarak kebun dan perkampungan lokasi kebun Rawasiah yang telah bersahabat hingga puluhan tahun dengannya sekitar tujuh kilometer.

Seringkali Rawasiah tinggal di kebun tersebut. Ramlah juga menyampaikan sering bermalam bersama keluarganya di sana.

Sebelum dikabarkan hilang, Rawasiah sedang berjalan beriringan dengan sepupunya bernama Saenab.

Saat itu matahari masih cukup tinggi, sehingga cahayanya dengan mudah menerangi setapak jalan arah menuju pulang ke kediamannya.

Rawasiah yang berada di belakang Saenab sekitar tiga kali rentangan tangan orang dewasa, terus berjalan membelah hutan padang yang juga di sekitarnya terdapat beberapa makam tua, yang diduga peninggalan Belanda.

Saenab baru sadar bahwa ia berpisah dengan Rawasiah setelah tiba di rumahnya, dan bertanya kepada istrinya yang baru saja pulang dari laut.

“Mana Tante (Rawasiah)? Saya kira sama-sama pulang dari kebun,” dialog Saenab dengan istrinya yang ditirukan Ramlah kepada mandarnesia.com, Sabtu (28/7/2018).

Setelah sadar, Saenab kemudian kembali dan menyusuri setiap jalan yang ia lalui bersama Rawasiah. Ia bahkan kembali hingga ke titik pertama ia saat berangkat pulang.

“Setalah pasrah mencari, Saenab kemudian menelpon ke kampung dan menyampaikan bahwa Rawasiah telah hilang. Saat itulah masyarakat naik dan mencari Rawasiah,” ujarnya.

Hutan, lembah telah ditelusuri untuk mencari Rawasiah. Ini semacam misteri yang mengendap di Tanete Sendana.