Oleh : Ilham Sopu
Kata mala’bi adalah kata yang sangat familiar di bumi Mandar, hampir semua masyarakat memahami arti kata mala’bi, masyarakat sangat faham, apa itu mala’bi sekalipun pemahaman mereka terbatas dalam fikirannya, tidak melalui defenisi yang biasa diartikan oleh para cerdik cendekia.
Secara umum arti mala’bi adalah mulia. Mala’bi bagi orang Mandar adalah orang yang punya sifat-sifat mulia, menghargai adat tradisi yang sudah berkembang di wilayah Mandar.
Sebelum Sulbar mekar dari Sulsel, para pendiri atau pejuang pendirian wilayah Sulbar, itu sangat menginginkan kelak Sulbar yang mereka perjuangkan adalah provinsi yang mala’bi.
Dan memang para pejuang Sulbar kemarin yang sangat gigih memperjuangkan Sulbar adalah orang-orang yang punya darah kemala’bian dalam dirinya.
Para pejuang Sulbar ini mengedepankan kemala’bian mungkin juga terinspirasi dari tokoh hukum dan moral yakni Prof. Baharuddin Lopa atau biasa dipanggil Barlop. Barlop menjadi ikon perjuangan Sulbar, wilayah yang diperjuangkan adalah wilayah mala’bi dan para pejuangnya juga adalah orang-orang mala’bi.
Kita sangat merindukan para senior-senior pejuang Sulbar kemarin, mereka betul-betul ikhlas dalam memperjuangkan wilayah Sulbar sebagai daerah provinsi yang baru.
Hampir semua tokoh-tokoh Sulbar bersatu dan menginginkan untuk mendirikan provinsi Sulbar, baik dari birokrasi, politisi, pengusaha,ulama, cendekiawan, pemuda potensial, mahasiswa semua bersatu untuk membawa Sulbar menjadi sebuah provinsi dan mengedepankan jargon sebagai provinsi yang mala’bi.
Sebuah cita-cita mulia yang digagas oleh berbagai tokoh Sulbar, mereka ingin memandang jauh ke depan untuk Sulbar yang lebih baik, maju dan mala’bi.
Masyarakat mala’bi adalah masyarakat yang mengedepankan nilai-nilai akhlak atau nilai-nilai moral, nilai-nilai mengedepankan nilai kemanusiaan, keadilan, dan nilai-nilai kearifan lokal atau nilai-nilai kultural.
Cita-cita seperti inilah yang diimpikan oleh founding father Sulbar, mereka ingin melihat Sulbar jauh lebih baik, lebih mulia dibandingkan sebelumnya.
Ada nilai-nilai kesamaan antara masyarakat mala’bi yang diperjuangkan oleh para elit-elit pejuang pendirian Sulbar dengan masyarakat madani yang diperjuangkan Nabi sewaktu hijrah dari Makkah ke Madinah atau yastrib, nama Madinah sebelum dirubah oleh Nabi.
Ada titik-titik kesamaan dari segi perjuangan antara mala’bi dengan Madinah atau dalam bahasa agamanya “kalimatun Sawa”.
Masyarakat Madinah yang diperjuangkan oleh Nabi adalah masyarakat yang egaliter, taat pada hukum, masyarakat yang menghargai nilai-nilai toleransi, berbinneka yang mengedepankan persatuan, menjaga nilai-nilai moral.
Hal pertama yang dibangun oleh Nabi bersama para sahabatnya adalah membangun peradaban ilmu dan peradangan iman atau nilai moral, etika, persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar.
Nabi berusaha meletakkan landasan yang kuat tentang nilai-nilai ilmu dan imaniah terhadap masyarakat Madinah. Simbol mesjid yang dibangun Nabi sebagai bentuk penguatan iman dan moral terhadap masyarakat Madinah.
Dan simbol keilmuan sebagai bentuk penguatan wawasan dalam memberikan dasar kepada masyarakat Madinah untuk bergaul sesama secara dengan mengedepankan toleransi, tasamuh, dengan dasar keilmuan yang kuat.
Dan masyarakat Madani yang dibangun oleh Nabi, faktor keteladanan menjadi simbol utama yang diperankan oleh Nabi dan para sahabatnya. Keteladanan yang diperankan oleh Nabi, sangat punya pengaruh yang besar terhadap eksistensi masyarakat Madani atau sivil society.
Figur Nabi mewarnai perkembangan masyarakat Madani secara keseluruhan. Ketika merumuskan norma-norma aturan bermasyarakat yang dikenal dalam sejarah dengan piagam Madinah, Nabi tidak membedakan antara umat Islam dengan penganut Yahudi terbagi dalam beberapa suku, dan masyarakat lainnya, mereka memberikan kebebasan untuk mengkritisi yang telah dirancang oleh Nabi.
Konsepsi piagam Madinah betul-betul dirancang secara obyektif, dengan melibatkan seluruh stakeholder yang ada di Madinah pada waktu itu. Suatu bentuk perjanjian yang sangat maju yang melampaui zamannya. Piagam yang mengakomodir seluruh kepentingan dan berujung pada kesepakatan yang ditandatangani oleh Nabi selaku kepala negara.
Dengan berkaca pada masyarakat Madani yang dirancang oleh Nabi dan menghasilkan piagam Madinah yang otoritatif. Ada kesamaan konsepsi para founding father pendirian Sulbar.
Para tokoh-tokoh utama yang telah meletakkan pendirian Sulbar, meletakkan fondasi dasar yakni nilai-nilai kemala’bian dalam merancang Sulbar untuk eksis pada masa-masa yang datang.
Para pejuang Sulbar adalah orang-orang yang terdidik, dengan berbagai latar belakang dan punya moralitas yang kuat. Figur Baharuddin Lopa menjadi ikon yang menginspirasi para pejuang-pejuang pendirian Sulbar.
Dalam diri seorang Baharuddin Lopa terkandung berbagai karakter yang sangat konsisten terhadap nilai-nilai kebenaran.