Lanjutnya, harapan petani selaku pemanfaat, dengan terjadinya bencana kerusakan Bendung Kayuangin ini, agar bisa ditangani segera mungkin. Karena sebagian petani, sudah merasakan manfaat dari bendung tersebut.
“Kalau kita selaku pemanfaat mengharapkan ini ada penanganan yang lebih cepat. Kalau bisa direhab atau dibuat ulang. Karena jaringan ke persawahan sisa bendungnya ini harus diperbaiki,” ujar Amin.
Karena bulan April, masuk musim kemarau. Praktis setelah musim tanam 2020 yang sedang bejalan, petani akan kembali berencana turun sawah.
“Kalau suplai air dari bendung tidak ada, maka kita terhambat musim tanam bulan Mei sampai Oktober. Karena kita amati juga dua bulan terkahir, pola curah hujan tidak teratur. Tapi dengan adanya kejadian ini, kita berharap hujan bisa membantu,” harapnya.
Ia juga menyampaikan pembangunan Bendung Kayuangin perlu dievaluasi kembali secara menyeluruh. Serta melibatkan berbagai pihak terutama masyarakat setempat. Karena sungai Malunda/Deking memiliki karakteristik tersendiri. Sehingga, tidak bisa mengkalkulasi dengan mudah membangun seperti itu. Apalagi dua anak sungai yang dibendung. Aliran sungai dari Bambangan dan dari Raruana. Jika hujan deras, dua sungai ini mengalir sangat deras.
“Kita tidak bisa memprediksi kejadian-kejadian alam. Contoh, pernyataan pihak-pihak terkait dalam hal pelaksana, penanggung jawab kegiatan, mengatakan bahwa bencana alam, gempa, curah hujan terjadi dihulu, semestinya menjadi bahan evaluasi. Perlu ada solusi yang tepat. Solusi tepat itu bisa dilakukan membentuk FGD (forum grup diskusi) melibatkan seluruh masyarakat. Yang mana sebenarnya lebih tepat,” jelasnya.
Lanjut Amin, langkah yang dapat dilakukan yakni merehab bendung yang sudah ada. Atau memilih alternatif lain dengan memanfaatkan aliran air dari Raruana. Ketinggian dengan tenaga gravitasi melalui perpipaan.
“Jadi yang mana sebenarnya lebih efektif. Jadi kalkulasi seperti inilah yang perlu didorong supaya ke depan bisa dimanfaatkan oleh petani. Pada prinsipnya kita sebagai pemanfaat, lebih mendorong agar lebih efisien, efektif, dan lebih cepat tertangani. Karena kita berurusan dengan waktu, musim tanam. Tidak bisa ditunda-tunda. Solusi yang lebih murah misalnya, itu harus dipilih,” katanya.
Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Wilayah Sungai (SNPT PJPA WS) Kalukku-Karama Provinsi Sulbar Daniel ST MT, di Mamuju, Selasa (12/11/2017) lalu, mengatakan, Bendung Kayuangin murni menggunakan APBN dengan tipe bendung OGEE, memiliki lebar bendung 83 untuk mengairi sekitar 1.121 areal persawahan dalam rangka meningkatkan prodoktivitas petani.
Dengan memanfaatkan sumber air dari sungai Malunda dengan luas areal sungai 361,72 kilometer persegi dan panjang sungai 42,62 kilometer.
“Pembangunan bendungan ini untuk peningkatan produktivitas pertanian dari tiga ton perhektare menjadi enam ton perhektare,” kata Daniel, dikutip dari makassar.antaranews.com.
Mahasiswa dan Aktivis Lingkungan Bersuara
Ketua Dewan Pengurus Komisariat (DPK) Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Mandar Majene Malunda (IPMIMMM) Jefriadi Indra menuturkan, patut diduga jebolnya Bendung Kayuangin, Selasa (21/1/2020) sekitar pukul 01.00 Wita dini hari, disebabkan dalam pembangunannya tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Bangunan (RAB). Sehingga ketahanannya mudah rusak.