Masriani, Nelayan Perempuan dari Pantai Mampie

Reporter: Muh. Yusri

MAMPIE, mandarnesia.com—Sebagian besar pekerjaan nelayan dilakukan oleh Laki-laki, namun ternyata ada sosok perempuan tangguh yang melakoninya. Dialah Masriani perempuan muda kelahiran Mampie 29 April 1995. Anak ke-5 dari pasangan Midi dan Habibah yang sudah lama meninggalkannya bertemu Sang Pencipta. Masriani masih membutuhkan sosok orang tua.

Pada usia seperti Masriani kebanyakan gadis remaja lebih memilih untuk sekedar bersantai, bersolek sambil jalan-jalan menghabiskan waktu bersama rekan-rekannya. Namun karena hidup harus diperjuangan dengan kebutuhan ekonomi yang semakin hari mencekik. Masriani memilih tak berdiam diri. Dia harus bekerja sebagai nelayan layaknya seperti laki-laki pada umumnya. Bahkan dia tidak malu menjadi seorang nelayan menurutnya asalkan pekerjaan itu halal.

“Kenapa harus malu, asalkan halal” tegasnya.

Bukan tanpa alasan, bekerja sebagai nelayan dianggap yang terbaik buat Masriani lantaran mampu menutupi kebutuhan hidupnya dan punya waktu luang untuk istirahat saat usai melaut.

“Saya melakoni pekerjaan sebagai nelayan sekarang merupakan hal yang paling saya syukuri, karena bisa istirahat lebih banyak daripada harus pergi numpang kerja di tempat orang” Ungkap Masriani.

Saat kebanyakan Orang masih tertidur, Masriani sudah harus bagun sebelum matahari terbit menuju laut, menangkap ikan-ikan di tengah laut bersama kakak iparnya. “Masih subuh pergi ma di laut tangkap ikan” Ujar Masriani.

Namun saat melaut terkadang tidak sesuai dengan harapan.

Selain tangkapan yang biasa kurang kadang cukup untuk makan saja. Angin kencang disertai hujan deras kerap menjadi kendala buat Masriani. Sehingga dirinya terkadang harus rela kedinginan di lautan, sebab perahu yang dia pakai tidak memiliki atap pelindung dari hujan dan angin.

“Itu biasa jadi halangan kalau pas di laut tiba-tiba angin kencang ditambah hujan, jadi berdoa saja” Jelasnya.

Hasil tangkapannya bila cukup untuk dijual, dia serahkan kepada kakaknya yang sudah bersuami sebagai penjual ikan keliling di pasar. Bahkan terkadang Masriani sendiri yang jual hasil tangkapannya ke pasar.

Harapan terbesar Masriani adalah bisa memiliki perahu dan alat tangkap yang memadai, salah satunya berupa jaring. Perahu yang selama ini dia gunakan merupakan milik kakak iparnya.

“Saya berharap punya perahu sendiri. Apalagi alat tangkap yang kupakai sekarang sudah usang dan banyak yang rusak.” Ujar Masriani.

Bukan hanya itu, Masriani juga belum memiliki kartu nelayan yang merupakan asuransi bagi nelayan.