Masa Depan Desa dalam Genggaman Pemuda Desa 

Oleh : Johar | Pemuda Desa

Pemuda

Eksistensi dan gerakan pemuda secara taktis, sesungguhnya dibutuhkan di suatu tatanan seperti di-desa nasional bahkan dunia, selain daripada merespon isu-isu internasional, nasional hingga local  pun andil dalam pengawalan di desa yang secara pemetaan ia mampu menjadi taring dengan berjuang melawan arus serta mendobrak kepalsuan yang terlanjur serius, Mau tidak mau, itu harus dilakukan tak pandang bulu.

Pemuda merupakan generasi paling  berpengaruh dalam proses pembangunan bangsa. Pun ia selalu menjadi harapan dalam tiap kemajuan di dalam bangsa yang dapat merubah pandangan dan menjadi tulang para generasi terdahulu guna mengembangkan ide-ide pun gagasan berlandaskan materi dan wawasan luas dengan mengikutsertakan nilai dan norma dalam masyarakat

Dengan demikian cukup mengherangkan kala pemuda berbelok arah, dan menjadi kaki tangan elit-elit politik borjuasi hari. Jika kita bertanya, akankah ada? Cobalah saksikan sendiri dengan apa yang terjadi di sekeliling kita masing-masing. Katakanlah pemuda Yang dulunya kian berkoar dengan mengankat dirinya layaknya sang kaum progrerif tetapi kenyataanya kaum yang pro dengan elit politik borjuasi, demikian sesuai peristiwa di depan mata penulis.

Amat di sayangkan, pemuda yang berhaluang kiri tanpak berubah secara spontan dan menjadi antitesa dari kaum progresif revulusioner. Terbukti dengan apa yang mereka perbuat, diketahui mereka kian menyebut diri sebagai sang anti dengan politikus namun akhirnya cinta dengan politikus. Lalu dengan siapa yang berpihak dengan rakyat? Dengan siapa mereka harapkan menyuarakan aspirasinya? Tentu bukan mereka yang sedang duduk dalam kursi tatanan pemerintah!

Sudah sejak lama piluh hilang di permukaan ketika memang pemimpin rakyat betul-betul menganggap dan meyadari bahwa dirinya adalah pemimpin yang di percayakan rakyat. Buruknya lagi.. pemuda yang jadi harapan masyarakat tanpak jadi abu yang berbaur dengan tanah dengan bahasa lain, pemuda yang berlingkar dengan politikus. Penyakit umum yang kian di tonjolkan oleh kalangan mahasiswa dan pemuda ialah, mulanya secara keras menantang segala bentuk regulasi dari pemerintah, ia dengan langcangnya mengkritik begini,begitu.. dan apa selanjutnya? Meraka ternyata para pencari panggung!

Akademisme

Penamaan academisi muncul dalam kehidupan sehari-hari para mahasiswa. Letak perbedaan di tandainya karakter individu, pada kelompok ini, penulis memaparkan sedikit warna, kalau pun anda menjumpai seorang kaum intelektual yang enggan berorientasi pada target mengejar nilai tinggi dalam sebuah perguruan maka pastikanlah bahwa ia academisi murni

Dan saksikanlah, bahwa mereka tidak mampu keluar daripada penjara ruangan universitas. Hingga ia tidak mampu keluar mencari tahu tentang apa yang belum diketahui secara luas pada dimensi lebih luas. Bahkan minim dengan pembacaan situasi, sebab cara berpikir haluan Formal, serta menjunjung tinggi keburukan senioritas dalam kehidupan civitas akademika.

 Kebusukan-Kebusukan kian di tampilkan ialah seperti: menganggap berlawan adalah jalan menuju pekerjaan dan tidak menganggap gerakan mereka untuk rakyat kecil. Kedua, mereka sesame pemuda kian bentrok karena beda pemahaman. Ketiga, berbaur dalam wadah organisasi dan menganggap organisasi lain tidak benar dan lainnya kadang mereka sok kritis tetapi permasalahan di depan mata tidak mampu ia sadari. Penulis tidak usah menampilkan peristiwa kekacauan antar kaum progresif disini, namun berharap pembaca intropeksi diri, besar kemunkinan pembaca memiliki kesamaan dalam ulasan penulis ini.

Kemudian banyak dari pemuda(mahasiswa/i) yang mengenyam pendidikan di luar daerah, namun hanya berjejak tak kuasa membaca situasi akan lingkungannya. Bahkan ketika mereka pulang kampong, ia dengan bangganya menganggap diri sebagai maha tahu, tetapi secara naïf, mereka krisis akan solidaritas, sosial bahkan krisis ilmu pengetahuan.  lalu apa lagi yang di harapkan dari mereka? Quo Vadis sang idealis!!

Aktivisme

 Kontroversial kian jadi sahabat Golongan pemuda ini, dengan gaya mereka yang sederhana, rambut yang tak karuan (gondrong) dan mereka tak Gerang di cap criminal. aktivitas yang kian di anggap liar, padahal tidak banyak tahu, mereka ini makan minum apa adanya, demi misi.

Karakter, pun dapat di bedakan secara administratif dengan mahasiswa lainnya. Nilai dan ijasah urusan terakhir anggapnya. Ia memanggap ijasah hanya lah sebuah tiket dalam satu pekerjaan formal, selebihnya tidak ada jaminan.  ijasah sebatas bukti pernah sekolah tetapi tidak membuktikan bahwa anda seorang pemikir realitas, kata Roky Gerung.

Penulis dengan lancang, mengungkap tak banyak yang kita tahu dari mereka. Secara jejak kaum kaum gerakan ini tidak seperti yang kian di kabarkan para media. Mereka betul-betul dengan sukarelawan berjuang menyuarakan aspirasi rakyat tanpa ada suntikan yang berbau politik, bergerak dengan taktis, tanpa berpikir ragu, kebenaran adalah senjata mereka, tak segan mereka kian berkata, pun langit menangis kebenaran musti di ungkit!

Jiwa idealisme sendiri seperti jembatan antar hubung, kerap di anggap selaku tonkak masa depan, memiliki jembatan penghubung, Dan tidak sebatas jargon.

Kehidupan yang adil adalah tujuan akhir, hidup adil ialah kewajiban dan berjuang adalah panggilan.

Pertanyaannya, anda di golongan mana?

Pemuda Desa

Saudara-saudara di desa yang tidak tersentuh akan pendidikan formal adalah PR bersama. Dengannya ia tak mampu menyadari apa yang kian terjadi dan apa yang akan terjadi. Kita tidak bercerita soal kelas disisi ini, namun secara keadaan penulis kerap berada dalam lingkarang mereka dan melihat, merasakan aktivitas yang di lalui bersama. Secara metode berpikir, kelompok ini sama sekali tidak merasakan jika ternyata ada hantu di balik kebijakan pemerintah di setiap saat.

Beda halnya ketika soal kesenangan per-individu, tak kalah dari mereka mengenai kebahagian, penulis menyebutnya para manusia merdeka pun mereka kaya akan solidaritas. Nah, hemat penulis melihat amat disayangkan para generasi ini tidak mengenyam pendidikan layak. Di tengah situasi inilah, tanpak penulis bertindak layaknya, Ki hadjar dewantara kala beliau masih duduk di sekolah dasar belanda kala itu. Kisah yang di ketahui penulis dari beliau sesuai sejaranyah.

Ketika itu suryadi, suryanigrat memiki kawan yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal karena berlatar rakyat jelata (bukan keturunan raja). Ia mencoba menceritakannya sesuai apa yang ia pelajari di sekolah hingga sarimin yang tak sekolah tersebut banyak tahu.

Kemudian hari di Yogyakarta para kaum terdidik juga sudah berbuat, dengan mendidik anak  di sekolah alam, dan banyak lagi sekolah alam yang tak di tuangkan di sini, seperti di Sulbar salulebo tepat kabupaten mamuju tengah yang baru baru ini kabarnya di vakun-kan. Tak mau kalah pun penulis mencoba mengorganisr pemuda di suatu desa namanya daala timur guna menyuplainya dengan edukasi bersama kawan lainya di desa, terbukti hari ini mereka pemuda yang liar nanpak sedikit terorganisir dalam wadah ikatan yang di bentuk bersama.

Di sini ini garis yang di tentukan ialah soal kesadaran. Sekalipun harus teliti dan hati-hati biar taktis dan sistemtis yang akan birsinergsis. inilah gerbong mengubah cara pikir, menggeser kesadaran naif pada kesadara kritis pada mulanya…

Peran Pemuda Desa

 Suatu vektor premis melukiskan fenomena sosial yang kian lama terpatri di dalam saran pikiran kaum di tanah air. Secara jujur  Desa Musti Memerlukan gagasan pemuda dalam memaikan peran di suatu desa serta potensi yang harus di manfaatkan. untuk itu, jawaban tunggal dimiliki desa ialah peran pemuda, selaku elemen berharga dimilikinya.

Melihat banyaknya potensi di desa dapat di maanfatkan, tetapi masih memiliki hambatan. Munkinkah, hal ini di pengaruhi, minimnya pembacaan situasi pemerintah desa, dan kurangya actor penggerak, serta munkin tidak adanya rasa konsisten, terakhir piciknya nalar para elit-elit politik didesa tidak inovatif atau munkin juga kurangnya adaptasi pimpinan desa dengan zaman yang saat ini berada di revolusi industry 4.0

Untuk masalah-masalah normative demikian, penulis menganggap pemudalah yang harus berperan di sektor ini

Sedikit contoh bila masifnya gerakan pemuda di desa, di tahun 2012 lalu gerakan pemuda desa Batupanga Daala meledak dan berhasil mengusir tambang galiang C PT Bukit bahari indah yang bertahun-tahun merampok harta desa

Dukungan Masyarakat

Jika masayarkat abai dengan sesuatu yang terjadi, dan sebatas anggup menerima apa yang terjadi dalam scenario, cukup jelaslah ini bentuk dukungan pada desa yang sedang berada dalam blengu atau kondisi terpuruk. katakanlah Kasus marak terjadi, baik dalam pembangunan maupun pelaksanaanya. Bukan terkadang kan? Tentu bukan, Tetapi keseringan. Disebabkan kurangya trasfaransi anggaran.

Berangkat dari UUD No .(6 tahun 2014) tentang pemantauan dan pengawasan pembangunan desa, Masyarakat desa berhak mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksanaan pembangunan, masyarakat dikenangkan berpastisipasi dalam musyawarah desa untuk menanggapi laporan pelaksanaan pembangunan desa.

Tentunya  tes ini memuat harapan besar kepada pimpinan politik dan masyarakat tercapainya suatu tujuan tertentu sesuai harapan pemerintah pusat no 6 tahun 2014 dengan di percayakannya anggaran 1,4 milyar pertahunnya

Melihat banyak kasus yang tidak pro dengan aturan tentu harus ada solusi agar apa yang pernah dimandatkan dalam UU desa No 6 tahun 2014 sedikit menuai titik terang Maka demikian di sinilah perang lapisan masyarakat berperan mengawal perencanaan pembangunan di desa

Pemantauan

Hari ini sudah sepantasnya gerakan hadir di permukaan, Melihat kondisi dan keadaan Negeri, dimana wabah yang menghangtui sejak februari 2020 lalu hingga hari ini. Kesulitan-kesulitan kerap di hadapi masyakarat Indonesia dari kota hingga desa. Berbagai Macam ide di keluarkan pemerintah seperti pepres (No 1 tahun 2021) dan peraturan kementrian (PMK) No 222/PMK.07/2020 tujuan mengatasi penularan Covid serta mewanti hamtaman kesulitan rakyatnya.

Selain ini prioritas penggunaan dana desa (DD) ikut serta, dimana permendesa No.06 Tahun 2020. Di rubah lebih dari 2 pasal dari permendasa No.11 tahun 2019 berdasarkan keterangan, guna mewanti dampak besar yang akan muncul karena wabah. Ini bendungan, membendung kualitas hidup, kesejatraan serta menanggulangi kemiskinan.

Kemudian pembanguan serta mengembangkan pemeliharaan sarana dan pra sarana pelayanan sosial untuk pemenuhan serta pemulihan kualitas hidup dan menanggulangi kemiskinan. Bantuan di sodotkan langsung ke desa oleh pemerintah pusat. demikian kepala desa dipercayakan mengatur seperti pendataan dan sebagainya.

Berharap jangan sampai terjadi, penerima sembako di Jakarta, beberapa bulan yang lalu, Seorang presiden Indonesian laywer Club di suatu TV nasional , Karni Ilyas jusru terdaftar sebagai penerima sembako, menurut beliau hal ini sifatnya lucu,  Dan berharap selanjutnya jangan sampai terulang, Bukannya angkuh masih ada yang lebih layak ungkapnya.

Di sinilah sebenarnya para pendata harus teliti, sebab selain menghadirkan ketimpangan pun mempengaruhi satuan ukur.  apalagi jika berorientamemsi kinerja, sebab apa yang kita ukur memegaruhi apa yang kita perbuat, dan ketika kita acap menggunakan ukuran yang salah maka tentu juga memperjuangkan hal yang tentu salah, dan inilah bisa di sebut suatu hal penggejotan PDB yang akan justru membawa buruk kehidupan masyarkat. Bila enggan mendata seharusnya tidak formalitas semata, tatapi totalitas.

Jika seorang pemimpin, menganggap masalah-masalah ini sifatnya sekedar akademik. Itu simpulan yang salah karena memengaruhi kebijakan ekonomi dan kehidupan tatanan masyarakat.

Seorang pimpinan, yang kian berupanya memenuhi harapan warganya serta berusaha mendorong kesejatraan mereka, justru di tarik pada arah yang berlainan, walaupun masih banyak yang diluar kendalinya, namun warga pun tetap peduli dari segi kualitas hidup.

Untuk demikian, berharaplah dan berharap dan  jika anda jenuh sedang belum ada respon

Saat itu juga, seluruh lapiasan masyakat di desa mengetahu jawabanya, demi kehidupan yang adil….

Semua di atur dalam peraturan Negara kita. Suarakan, jangan sampai membisu!