Manusia dan Kacamata Iblis

Oleh : Ilham Sopu

Ketika Tuhan akan menciptakan manusia yang akan menjadi khalifah di muka bumi, dan disampaikan kepada malaikat, ada perasaan tidak enak dan agak protes sedikit kepada Tuhan. Kata malaikat kepada Tuhan, apakah Tuhan akan menciptakan manusia yang akan membuat kerusakan di muka bumi?, dan Tuhan memahami keraguan malaikat, karena selama ini malaikat selalu memuji Tuhan dan mensucikannya.

Agaknya malaikat ingin merepresentasikan dirinya bahwa merekalah yang pantas untuk menjadi Khalifah di muka bumi karena tidak pernah berhenti memuji Tuhan dan mensucikan-Nya. Bagi Tuhan untuk menjadi khalifah Tuhan di muka bumi, tidak cukup hanya mengandalkan tahmid dan tasbih, harus ditambah dengan yang lain.

Jawaban Tuhan kepada malaikat adalah inni a’lamu maala ta’lamun, aku mengetahui, apa yang kamu tidak ketahui. Mendengar jawaban Tuhan, malaikat langsung diam, menyadari dirinya bahwa dia tidak akan mampu untuk memjadi khalifah, dan meminta maaf kepada Tuhan, akan eksistensi dirinya.

Setelah diciptakan Adam, lalu diinstall ke dalam diri Adam berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dia mendapat posisi yang terhormat di depan Tuhan, dan di mata Tuhan Adam punya keunggulan dibanding makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan memberikan posisi yang begitu istimewa kepada Nabi Adam dan keturunannya.

Firman Tuhan “Sungguh kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri rezki dari yang baik-baik, dan kami lebihkan dengan kelebihan yang banyak dibanding ciptaan kami yang lain” (QS. 17.70).

Dengan mengacu ayat di atas, setidaknya ada empat servis yang istimewa Tuhan, khusus untuk manusia. Yang pertama adalah Al Takrim atau pemuliaan. Tuhan memuliakan manusia lewat kata karramna, pemuliaan di sini karena punya akal sehat dan bentuk fisik yang sempurna serta punya nurani. Itulah yang membuat manusia punya posisi istimewa di hadapan Tuhan.

Kedua servis istimewa Tuhan kepada manusia adalah mereka diangkut di darat dan di lautan, manusia dapat menikmati apa yang ada di darat dan apa yang ada di lautan. Kedua fasilitas Tuhan ini yakni daratan dan lautan terkandung banyak rezki dan itu diperuntukkan untuk manusia.

Ketiga servis istimewa Tuhan untuk manusia adalah diberi rezki dari yang baik-baik. Sewaktu Adam akan diturunkan ke bumi, Tuhan mentransitkan dulu ke surga, di sini Adam dan istrinya Hawa disuruh untuk menikmati seluruh fasilitas yang ada di surga, itu adalah penggambaran bahwa Tuhan akan memberikan kepada manusia rezki yang baik-baik, jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

Servis istimewa Tuhan yang keempat, adalah kelebihan yang begitu banyak dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lain. Dari awal penciptaan Adam, Tuhan sudah memberikan keistimewaan yang luar biasa kepada Adam, lewat pengajaran langsung Tuhan kepadanya.

Wa allama Adam al asmaa, Tuhan mengajari langsung berbagai macam ilmu kepada Adam, sehingga malaikat yang tadinya meragukan kemampuan Adam untuk menjadi khalifah di muka bumi, menjadi kagum kepada Adam.

Itulah empat servis istimewa Tuhan kepada Adam dan keturunannya yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk yang lain. Berbeda dengan malaikat yang begitu mengakui keunggulan Adam, iblis salah satu makhluk Tuhan yang berbeda 180 derajat dengan malaikat, ketika turun perintah bersujud kepada Adam, dia enggan untuk bersujud.

Keengganan untuk bersujud karena iblis memandang Adam sebagai makhluk yang tidak punya kelebihan karena dijadikan dari tanah, sedang iblis berasal dari api.

Jadi kacamata yang digunakan oleh iblis adalah kacamata buram, yakni dia melihat Adam tidak punya prestise, yang dia tonjolkan adalah prestise, bukan prestasi sebagaimana dalam pandangan malaikat, yakni dia melihat prestasi Adam.

Ini sama dengan adagium di kalangan masyarakat jahiliah, Al I’tibar fi al jahiliah bi al ansab, wa al i’tibar fi al islam al a’mal, dalam masyarakat jahiliah yang dikedepankan adalah prestise sedangkan dalam Islam yang dikedepankan adalah prestasi.

Pandangan iblis terhadap manusia, adalah pandangan yang parsial, bukan pandangan yang holistik. Kacamata iblis dalam memandang manusia adalah kacamata buram, kacamata satu. Dia melihat manusia sebagai “basyar” saja.

Kata basyar lebih berorientasi fisik atau jasadiyah saja. Iblis melihat Adam dalam aspek fisik saja, dia tidak memahami bahwa manusia ada aspek yang lain, jati diri manusia yaitu akal dan nurani yang luput dari pandangan iblis.

Itulah sebabnya sewaktu Tuhan bertanya kepada iblis, kenapa engkau tidak mau sujud kepada Adam, iblis menjawab lam akun li asjuda li basyarin, saya tidak akan sujud kepada seorang basyar, kata basyar dalam pandangan para ahli tafsir, manusia dalam bentuk fisik atau jasadiyah.

Jadi pandangan iblis terhadap Adam adalah pandangan kulit luar dari Adam, atau kacamata iblis adalah kacamata kabur, yang tidak bisa melihat sisi dalam dari Adam.

(Bumi Pambusuang, 1 Juli 2024)