Magrove Baluno, Destinasi yang Mempesona

Magrove Baluno, Destinasi yang Mempesona -

Oleh Sudirman Syarif

BALUNO, salah satu destinasi wisata yang menawarkan keindahan alam pantai yang mempesona.

Namun keindahannya belum dikenal begitu luas Hal tersebut terlihat dari jumlah pengunjung yang masih sedikit, meski tingkat kunjungan signifikan.

“Ternyata di sini sangat indah ya,” kata Intan kepada mandarnesia.com, salah satu mahasiswa asal Mamuju yang kebetulan melintas dan singgah sejenak, Senin (29/1/2018).

Terletak di Dusun Bo’di, Desa Binanga, Kecamatan Sendana, Majene. Akses untuk sampai ke lokasi wisata sangatlah mudah.

Salah satu pelabuhan kecil yang berada di sebelah utara pantai Balubo
Foto: Salah satu pelabuhan kecil yang berada di sebelah utara pantai Baluno.

Berada di sisi barat, jaraknya dari Trans pSulawesi hanya berkisar 200 meter.

Cukup merogoh kocek Rp 2.000 per orang, pelancong telah menikmati hamparan hutan bakau yang menjualang tinggi dengan akar yang juga rimbun.

Pemerintah Desa Binanga sepertinya telah melihat potensi alam di pantai tersebut.

Agar mudah sampai ke bibir pantai, pemerintah desa membangun jembatan yang terbuat dari kayu hitam, meliuk di atas muara-muara kecil yang memutus jalan menuju lokasi.

Foto: Jembatan pelangi yang membelah hutan mangrove yang panjangnya sekitar 120 meter.
Foto: Jembatan pelangi yang membelah hutan mangrove dengan panjang sekitar 120 meter.

Dengan kombinasi warna merah, kuning, hijau, biru dan pink, jembatan sepanjang sekitar 120 meter, dibangun dengan biaya Rp 5 juta dari anggaran Desa Binanga 2017.

Dikelola Badan Usaha (Bumdes) Baluno. Destinasi wisata tersebut memang masih berbenah. Keseriusan itu tampak dari sarana dan prasarana yang masih dilanjutkan pembangunannya.

Mulai dari MCK, air bersih, termasuk penerangan lampu bagi wisatawan yang ingin berkemah di sana saat malam hari.

“Ia, bisa. Yang mau bermalam atau kemping di sini kami menyediakan lampu,” kata Ratna petugas piket yang menjaga pintu masuk sambil menyodorkan tiket.

Tak bisa sembarangan, pengelolaan masih memegang nilai-nilai kemandaran. Pengunjung yang ingin menginap tidak diperbolehkan untuk membawa pasangan yang belum memiliki status menikah.

Untuk menjaga lingkungan, spanduk bertuliskan ajakan membuang sampah pada tempat, terpampang di setiap sisi lorong yang diapit tanaman mangrove. Beberapa tempat sampah juga telah disediakan.

Foto: Hamparan pohon mangrove dari udara.
Foto: Hamparan pohon mangrove pantai Baluno dari udara.

Pembangunan tak sampai di situ, satu dari dua pelabuhan kecil yang menjulur ke laut, juga sedang dibangun di antara sela pepohonan mangrove.

Sisa-sisa patahan terumbu karang menyerupai kerikil cadas, memenuhi sepanjang pinggir pantai.

Airnya sangat jernih, ikan-ikan kecil lalu lalang, bermain mengelilingi setiap sudut, kemudian berenang bebas di sela-sela akar mangrove yang juga ditumbuhi rumput laut.

Di ujung jembatan, puluhan koker berisi bibit mangrove juga membaris. Mangrove tersebut dipersiapkan untuk ditanam di sekitar area wisata setelah tumbuh sepanjang siku.

Suasananya damai, angin menyiur di sela-sela daun menambah keindahan pantai tersebut.

Pantai tersebut serasa pulau tak berpenghuni, tak ada suara apapun yang mengganggu. Hanya kicauan kelelawar malam yang bergelantungan di atas tangkai mangrove secara bergerombol, sebelum ia pergi mencari makan setelah mentari membenam.

Untuk buah tangan, pengelola juga menyediakan souvenir khas, berupa gantungan kunci yang terbuat dari tempurung kelapa.