Reporter: Sudirman Syarif
MAMUJU, mandarnesia.com –Masyarakat di pegunungan Bela, Kecamatan Tappalang, Mamuju kawatir air yang tertampung akibat meterial longsoran yang menutup Aliran Sungai Deking, tiba-tiba jebol dan membahayakan warga di lima desa di Kecamatan Malunda, Majene.
Desa Bambangan, Kayuangin, Lombong Timur, Lombong, dan Lingkungan Banua, Kecamatan Malunda merupakan pemukiman yang dikhawatirkan akan berdampak, jika sewaktu-waktu sungai yang membelah Kabupaten Mamuju hingga perbatasan Mamasa, jebol dan terjadi banjir bandang.
Hasbi, salah seorang warga yang menerima video dari keluarganya di Bela menyampaikan, sampai sekarang masih tertimbun.
“Kedalaman air yang tertimbun sekita 20 meter lebih. Apalagi debit air jauh sekali masuk, sekitar satu kiloan dari tempat longsor. Biasanya kalau sudah begitu berbahaya, cuman saya lihat longsoran bisa terkikis sedikit-sedikit. Mengherankan, air sungai yang mengalir di atas longsoran sedikit sekali,” katanya kepada mandarnesia.com melalui sambungan telepon, Jumat (19/2/2020).
Ia memperkirakan airnya meresap dari bawah. “Saya perkirakan banyak batu besar, karena kalau tanah pasti longsor.” Titik longsoran tersebut berada di sekitar perbatasan Desa Taan dan Desa Bela, Kecamatan Tappalang. Akses jalan menuju lokasi bisa dilalui menggunakan kendaraan roda dua, kemudian jalan kaki sekitar satu setengah jam.
Longsor terjadi pasca gempa 6,2 magnitudo yang merusakkan banyak bangunan di Kecamatan Malunda, Kecamatan Ulumanda, dan Kabupaten Mamuju.
Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat beberapa warga turun ke sungai dan berenang menggunakan potongan kayu. Terlihat sebuah pohon durian yang masih berdiri di tengah sungai, telah tergenang air, dan hanya menyisakan beberapa meter.
Dari pantauan mandanesia.com, muara sungai tersebut tetap keruh. Debit air juga berkurang. Hal tersebut terlihat tak seperti biasanya. Jika musim hujan seperti sekarang, debit air bisa sangat besar.
Sumber foto: facebook