Reporter: Karmila Bakri
POLEWALI MANDAR, mandarnesia.com — Sosialisasi bank sampah menjadi pemantik semangat warga Pulau Battoa Dusun Lendang, Desa Tonyaman, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar. Sampah menjadi salah satu item kegiatan literacy camp.
Gagasan literacy camp berawal dari spirit gagasan Komunitas Pemuda Pelajar Pulau Battoa (KP3B) dan kerjasama beberapa komunitas pegiat literasi.
Beberapa komunitas literasi terlibat mengemas kegiatan, budaya literasi pinrang, sapobaca todakka, Serikat Pemuda Desa (Sepeda), Anak Lontara Nusantara (Altar), beranda burhan, tunas muda mudi wonomulyo, Kompasna, dan dua media partner.
Kegiatan pertama sosialisasi bank sampah dilaksanakan 27 Juli 2019. Menggandeng DLHK Polewali Mandar.
Sosialisasi bank sampah berjalan lancar, Kabid Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Hikmah menjadi narasumber tunggal.
Antusias masyarakat bersemangat menyaksikan pemaparan narasumber, sebab dilengkapi dengan contoh produk kreatifitas olahan sampah yang tersaji di depan peserta forum.
Diskusi berlangsung mulai pukul 09.00 pagi dan berakhir pukul 13.00 siang. Kurang lebih lima jam peserta diskusi menyimak sajian narasumber serta memberikan apresiasi dan masukan.
“Saya sangat mengapresiasi gagasan komunitas-komunitas literasi ini, karena telah memasukkan diskusi sampah. Dan juga kepada pemuda Pulau Battoa karena ingin mengawal berdirinya kembali bank sampah di pulau ini, pihak DHLK membuka pintu demi terwujudnya Pulau Battoa ramah lingkungan,” kata Hikmah Sabtu (27/7/2019).
Menurut Hikmah,tanpa keaktifan pemuda sebagai pembangun dan pengontrol, maka program-program instansi manapun tidak akan bisa berjalan maksimal, persoalan sampah tanggung jawab bersama. “Membuang sampah sembarang tempat merupakan kejahatan lingkungan,” tutup Hikmah yang juga Direktur Bank Sampah Sipamandaq Polewali Mandar.
Suguhan teh dan kopi hangat diseduh di tengah diskusi. Dua termos besar dan gelas tersedia. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk edukasi untuk mengurangi penggunaan minuman kemasan plastik.
“Dulu pernah berdiri bank sampah di sini, namun masyarakat sudah antusias mengumpulkan sampah, namun sampah tersebut tidak terangkut,” ungkap salah satu tokoh masyarakat Daramia.
Atas kegiatan tersebut, ia mengaku kembali bersemangat, sebab di pulau tersebut memang membutuhkan pengelolaan sampah yang banyak bersumber dari kiriman sampah melalui laut.
“Kami sangat berterima kasih kepada dinas DLHK dan para pemuda dari luar Pulau Battoa yang telah datang ke kampung kami, besar harapan kami sinergitas lintas komunitas tetap terjalin,” pungkas Fadli seorang tokoh pemuda Pulau Battoa.