Lingkar Literasi Intensif: Sebuah Perjalanan Menuju Kesadaran Literasi

Oleh : Wahyu Santoso

Di balik deretan pohon yang rindang di Taman Lalulintas, Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, terdapat sebuah cerita tentang perjuangan tak terlihat. Cerita ini dimulai dari sebuah komunitas yang dikenal sebagai Lingkar Literasi Intensif, dipimpin seorang pemuda bernama Ray Akbar.

Saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi Gubuk Sang Mayor, markas komunitas ini, terletak di Kabupaten Mamuju. Di sana, saya bertemu dengan Ray Akbar, dengan antusias menceritakan tentang perjalanan komunitasnya.

“Awalnya, kami hanya ingin mengajak pemuda-pemudi untuk membaca dan menulis,” kata Ray, dengan suara yang penuh semangat.

“Namun, seiring waktu, kami menyadari bahwa literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tapi juga tentang menyambut ilmu yang mencerahkan.”

Saya mendengarkan cerita tentang perjalanan Ray menuju sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di Mamuju. Di sana, saya mendengar langsung bagaimana komunitas Lingkar Literasi Intensif bekerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kesadaran literasi di masyarakat.

“Kami terus berjuang dan berinovasi untuk mencapai tujuan kami,” kata Ray.

“Dan kami yakin, bahwa dengan kerja sama dan kesadaran bersama, kami dapat menciptakan perubahan yang berdampak besar bagi masyarakat.”

Perjalanan saya bersama Ray dan para relawan Lingkar Literasi Intensif, yang mereka sebut sebagai REALITAS, membuka mata saya tentang pentingnya literasi dalam membangun masyarakat lebih cerdas dan berbudaya.

Saya merasa terinspirasi oleh semangat dan komitmen mereka, dan saya yakin bahwa program literasi ini dapat menjadi sebuah katalisator efektif dalam membangun kesadaran pemuda-pemudi akan pentingnya literasi.

Mamuju, Sulawesi Barat, sebuah daerah yang memiliki potensi besar dalam bidang literasi. Dengan adanya komunitas Lingkar Literasi Intensif, saya yakin bahwa daerah ini dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia dalam membangun kesadaran literasi di masyarakat.

Jika Anda memiliki kesempatan untuk mengunjungi Mamuju, Sulawesi Barat, saya sarankan Anda untuk mengunjungi Gubuk Sang Mayor, markas komunitas Lingkar Literasi Intensif, dan bertemu dengan Ray Akbar.

Saya yakin bahwa Anda akan terinspirasi oleh semangat dan komitmen mereka dalam membangun kesadaran literasi di masyarakat.

Dan begitulah, perjalanan saya bersama Ray Akbar dan para relawan Lingkar Literasi Intensif di Mamuju, Sulawesi Barat, berakhir dengan sebuah kesan yang mendalam.

Kesadaran literasi yang mereka tanamkan di hati masyarakat, seperti sebuah benih, ditanam di tanah subur, akan terus tumbuh dan berkembang menjadi sebuah pohon yang kuat dan berbuah.

Mamuju, Sulawesi Barat, telah menjadi saksi bisu dari perjuangan komunitas Lingkar Literasi Intensif dalam membangun kesadaran literasi di masyarakat. Dan saya yakin, bahwa perjuangan ini tidak akan berhenti sampai di sini.

Komunitas Lingkar Literasi Intensif akan terus berjuang, berinovasi, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuan mereka.

Dan bagi Anda yang telah membaca cerita ini, saya berharap bahwa Anda telah terinspirasi oleh semangat dan komitmen komunitas Lingkar Literasi Intensif.

Mari kita bergabung dalam perjuangan mereka, dan menjadi bagian dari perubahan yang berdampak besar bagi masyarakat.

“Sahabat sejati adalah ilmu pengetahuan dan musuh terbesar adalah kebodohan.” – Ray Akbar Ramadhan, Founder Lingkar Literasi Intensif Mamuju. (WM)