Kopi, Diskusi dan Cara Memesrai Keragaman

Laporan: Karmila Bakri, Polewali

Meneguk segelas kopi sembari berdiskusi semakin menambah inspirasi nalar dan gagasan kritis. Lewat kopi kita semua merasa sama, kita semua berkawan dalam memesrai ruang dan melahirkan kesepakatan. Bahwa “perbedaan bukan sebagai pemecah, namun perbedaan itu sebagai perekat persatuan.”

Banyak pilihan asyik untuk berdiskusi, salah satu tempat recomended dari Institute of Research and Democracy (IRD), yakni di Warkop Kopi Raja di Jalan Stadion No 1 Madatte Polewali. Diskusi publik digelar pada hari Jumat 21 Desember 2018, pukul 13.00-17.00 Wita.

Dengan mengangkat tema “Membangun Semangat Kesetiakawanan Sosial sebagai Perekat Bangsa dan Meredam Potensi Konflik SARA.”

Menurut Ketua Panita, Muhammad Assaibin, S.Pd, M.Pd, pemilihan narasumber dianggap mampu mewakili keadaan sosial di Kabupaten Polewali Mandar. Mereka yang hadir sebagai pembicara, yakni Kompol Mihardi selaku Wakapolres Polman, Busrah Baharuddin S.Sy. ME selaku Ketua GP Ansor Polman, Muhammad Arsyad, S.Ag., M.Pd selaku Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Polman, dan Trisno Apri Nugroho,S.Sos selaku Sekretaris Pengurus Pemuda Muhammadiyah Polman. Peserta diskusi yang hadir berasal dari gabungan beberapa OKP, Pekerja Sosial, dan beberapa pegiat literasi.

Lewat diskusi ini diharapkan mampu melahirkan sebuah gagasan yang dapat menyatukan keberagaman dalam berbangsa dan bernegara.

Kompol Mihardi, mengatakan, “Indahnya keberagaman itu sedianya dijadikan sebagai perekat pemersatu. Sebagai aparat kepolisian kami bertanggung jawab penuh atas stabilitasi keamanan publik, NKRI senantiasa harus dijaga. Jangan lagi ada sekat-sekat yang memicu perpecahan.”

Jelang pergantian tahun rumah-rumah ibadah senantiasa akan dijaga pihaknya. “Operasi Lilin” disebutnya bentuk gerakan ril dari aparat kepolisian untuk mencegah munculnya konflik di Perayaan Natal dan Tahun Baru 2019.

Wakapolres pun menambahkan seruan bagi umat Islam sedianya di malam pergantian tahun diisi dengan hal-hal positif. Misalnya, mengadakan pengajian-pengajian di mesjid. Seruan ini tentunya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga keamanan dan keharmonisan antarumat beragama.

“Karakter pribadi harus senantiasa diperkuat. Hindari kecurigaan berlebih tanpa adanya analisis fakta-fakta konkret, demi melahirkan kesetiakawanan sosial. Aparat kepolisian siap menerima segala bentuk aduan masyarakat,” kuncinya.

Sementara Busrah Baharuddun, Ketua GP Ansor Polman mengajak semua elemen masyarakat untuk lebih berhati-hati atas gerakan-gerakan radikalisasi yang rentan memicu potensi konflik SARA.

“Perbedaan itu adalah rahmat untuk sekalian alam, menjaga keharmonisan antar umat beragama menjadi poin penting,” tuturnya.

Hal senada disampaikan Muhammad Arsyad, Wakil Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama Polman. Ia menambahkan, “FKUB memiliki tugas dan tanggung jawab untuk merangkul semua agama-agama, senantiasa menggaungkan kedamaian bukan memperlebar perpecahan.”

“Janganlah agama dipolitisasi menjelang Pemilu Serentak 2019. Sedianya demokrasi dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang telah diatur oleh undang-undang kepemiluan,” tegas aktivis senior ini.

“Semangat kesetiakawanan mestinya harus digerakkan secara bersama-sama dalam aksi nyata, dengan melihat kesenjangan-kesenjangan sosial di Polewali Mandar. Sedianya harus ada kesepahaman bergerak, realitas hari ini kepekaan sosial penting untuk dipupuk bersama,” terang Trisno Apri Nugroho.

Ia mengajak, lewat forum ini tumbuhnya kesadaran kolektif untuk bergerak merespon permasalahan-permaslahan sosial yang begitu kompleks.

Dari keempat narasumber masing-masing mengisyaratkan agar setiap elemen masyarakat saling menjaga kerukunan umat beragama. Agar tiada lagi sekat-sekat yang memicu potensi konflik.

Dari beberapa saduran gagasan narasumber dalam dialog ini, seyogianya ada harapan, sinergitas antara segenap masyarakat dan pemangku kebijakan.

Apresiasi positif buat IRD sebagai pelaksana kegiatan dialog publik ini, sebuah ruang produktif. Semoga output kegiatan ini semakin menjawab keresahan sosial. Forum semacam ini senantiasa dilaksanakan. Berbagai latar belakang dapat disatukan lewat segelas kopi yang tak pernah ada habisnya menyajikan rasa bagi penikmatnya.

“Forum seperti ini diharapkan lebih dipertajam lagi lewat Forum Group Discussion dengan melibatkan beberapa saudara-saudara kita dari Nasrani, Hindu dan lainnya,” tutur salah satu peserta diskusi di tengah wangi kopi jelang selesainya dialog publik ini.