Kisah Solo Kadir Rawat Nenek yang Stroke

Laporan: Karmila Bakri

Jejak langkah, membawa penulis ingin mengenal lebih dekat ketegaran Abd. Kadir (23) merawat nenek, Becce (60) melawan stroke di gubuknya, Dusun Basseang, Desa Duampanua, Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali
Mandar.

Gubuk itu, berada kurang lebih 100 meter dari jembatan Basseang. Di gubuk yang hanya berukuran 4 x 5 centimeter itu, setiap hari nenek berdamai dengan waktu. Kondisi sang nenek sudah terbaring sejak lima bulan lalu. Karena penyakit stroke. Kini, sebelah badannya lumpuh.

Satu-satunya Abd.Kadir, merawat Becce sekaligus menjadi penopang hidupnya.

Kadir yang hanya tamatan SD. Ia tak mampu lagi melanjutkan pendidikannya disaat kedua orang tuanya pisah ranjang alias cerai. Neneknyalah yang merawat hngga sampai Kadir tumbuh menjadi lelaki yang mandiri.

Di sela-sela wawancara, penulis mencoba menawarkan, bagaimana jika sang nenek di bawah ke panti jompo, Makassar. Namun, Kadir enggan menerima tawaran itu.

“Saya tidak mau kak. Jika nenek jauh. Sebab nenek sangat berjasa merawatku sejak bayi sampai saya tumbuh besar seperti ini. Saya ingin merawat nenek meski dengan segala keterbatasan yang kumiliki,” jawabnya pilu.

Pekerjaan Kadir tidak menetap. Terkadang jadi buruh bangunan, tanam padi, panjat langsat. Penghasilan tidak menentu. Kadang kala hanya mendapat Rp50.00 per hari. Biasa juga penghasilan nihil.

Kadir menuturkan, pernah neneknya berobat ke RSUD Polman, check up kesehatan, ditemani keluarga. Dan saat ini masih konsumsi obat. Jika biaya untuk membeli obat tidak ada, Becce harus absen minum obat.

Ia juga menyampaikan, meskipun mendapat jatah beras raskin. Tapi beras tersebut hanya cukup untuk keberlangsungan hidup. Biasa pula tidak makan. Hanya sesekali makan mi instan. Kadir pun kadang mentaktisi dengan membuat nasi goreng.

Di balik itu, tenyata Kadir memiliki keterampilan yang tidak semua orang memiliki. Yakni di bidang kaligrafi. Kadir memperlihatkan gambar kaligrafinya yang begitu keren. Tulisan kjaligrafi di atas karton manila.

Jika bulan ramadan, kadir sering melatih adik-adik TPA di mesjid dekat rumahnya. Melatih peserta lomba kaligrafi tingkat TPA. Untuk tingkatan remaja, biasanya Kadir ikut berlomba.

“Kegiatan ramadan antar mesjid,”tuturnya.