Reporter: Sudirman Syarif
MAMUJU, mandarnesia.com — Kerusakan hutan terparah di Sulawesi Barat berada di hulu Sungai Mapilli perbatasan Kabupaten Polman-Mamasa dan hulu Sungai Mandar yang berada di Kecamatan Ulumanda, Majene.
Data spasial dan analisis citra landsat yang ada saat ini. Paling besar skalanya adalah di Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa.
Baca:https://mandarnesia.com/2019/09/tahun-ke-tahun-kerusakan-hutan-di-sulbar-terus-meluas/
Kepala Dinas Kehutanan Sulbar Fakhruddin, menyampaikan, kebanyakan penyebab kerusakan berkaitan budaya pembukaan lahan secara tradisional.
“Jadi ini kita perlu rangkul supaya dalam pembukaan ladang ini, di samping tanaman semusim keperluan hajat hidup mereka, kita juga perlu inovasi melalui tumpang sari supaya tanaman kayu-kayu lainnya juga mengikuti tanaman budidaya,” kata Fakhruddin kepada mandarnesia.com, Selasa (3/9/2019).
Kegiatan yang dilaksanakan di Grand Maleo, Mamuju bersama kesatuan pengelolaan hutan yang tersebar di seluruh kabupaten di Sulawesi Barat kata dia, untuk kembali merencanakan kegiatan efektif untuk 2020 menjelang kepemimpinan Jokowi.
“Perizinan di dua kabupaten, Polewali Mandar dan Mamasa tidak ada. Tapi terkait dengan adanya budaya dalam pengelolaan lahan tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi,” ungkapnya.
Sambung dia, maka mempercepat lahirnya lahan kritis untuk lahan di dua kabupaten yang kemiringannya itu cenderung ekstrem, maka perlu ditempuh cara-cara budidaya yang sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan air.
Sekretaris Provinsi Sulawesi Barat Muhammad Idris DP menitipkan beberapa hal kepada jajaran kehutanan, agar memasukkan program dan kegiatan yang terkait langsung dengan rehabilitasi hulu Daerah Aliran Sungai (DAS), pengembangan hasil hutan bukan kayu, aneka usaha kehutanan, perlindungan dan pengamanan hutan.
“Jika bicara kerapatan hutan, kita semakin mengkhawatirkan,” kata Idris.
Foto: Goole Maps