Kerapatan Adat Balanipa Terima Permintaan Maaf Koregrafer di Makam Todilaling

oleh
oleh

MANDARNESIA.COM, Tinambung — Suasana hangat dan penuh kekhidmatan mewarnai pertemuan resmi antara Deriawan, koreografer muda dan mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM), dengan unsur adat Kerajaan Balanipa Mandar di Sekretariat Lembaga Kerapatan Adat Balanipa Mandar, Tinambung.

Pertemuan ini difasilitasi oleh Panguyuban Biya I Manyambungi Todilaling (Bimantara Balanipa Mandar) sebagai tindak lanjut atas viralnya foto penari yang diambil di area makam YM. I Manyambungi Todilaling, Raja Balanipa Mandar pertama.

Deriawan datang bersama orang tuanya, disambut baik oleh Maradia Arajang Balanipa Towaine, Hj. Bau Mujibah Malik, serta perangkat adat Pepuangan Limboro, Pepuangan Napo, Annangguru Joaq selaku Juru Bicara Kerajaan, Juru Kunci Makam Muhammad Adam, dan Kepala Desa Napo Basri.

Hadir pula jajaran Bimantara Balanipa Mandar yang mengawal proses klarifikasi dan penyelesaian adat.

Dalam pernyataannya, Deriawan memaparkan kronologi awal terciptanya karya tari yang ia rancang sebagai bagian dari tugas akhir kuliahnya. Ia menegaskan bahwa karyanya terinspirasi oleh kekayaan budaya Mandar, dan tidak bermaksud menyalahi nilai-nilai adat.

Deriawan mengakui adanya kekeliruan ketika proses pengambilan gambar dilakukan di zona sakral makam, termasuk adanya gerakan kecil yang dilakukan tepat di atas makam YM. I Manyambungi.

“Saya sangat menyesal atas kekhilafan tersebut dan dampak yang muncul di masyarakat. Saya berkomitmen tidak mengulangi kesalahan serupa serta tidak menggunakan latar penari di atas makam dalam karya atau kegiatan apa pun ke depan,” ujar Deriawan.

Ia juga bersedia meminta penghapusan konten yang menampilkan pose penari di area sakral oleh salah satu akun Facebook yang sempat mengunggahnya.

Kekeliruan tersebut turut mendapat perhatian ratusan keturunan YM. I Manyambungi yang tersebar di berbagai daerah. Meski begitu, niat baik Deriawan menemui lembaga adat dan menyampaikan permohonan maaf dinilai sebagai langkah terhormat.

Deriawan menegaskan bahwa sebagai mahasiswa seni, ia ingin menjaga tradisi Mandar dan memperdalam pemahaman tentang adab budaya agar tidak lagi terjadi pelanggaran serupa.

Kepala Desa Napo, Basri, menyampaikan bahwa kejadian ini menjadi pelajaran bersama. “Kami sangat mengapresiasi kreativitas adik mahasiswa ini. Yang penting adalah proses perbaikan dan memastikan hal serupa tidak terjadi lagi. Ke depan, makam para raja perlu diperhatikan lebih serius, termasuk penyusunan tata adab ziarah secara tertulis,” ungkapnya.

Wakil Ketua Departemen Kesejarahan Bimantara Balanipa Mandar, Muh. Yusran, juga menekankan bahwa generasi muda Mandar seperti Deriawan harus diberi motivasi agar terus berkarya.

“Mereka mencintai adat dan budayanya. Tugas kita adalah mengarahkan, bukan mematahkan semangat,” ujarnya.

Pertemuan tersebut ditutup dengan pappasang Mandar, menandai berakhirnya persoalan viral ini secara resmi dan adat. Juru Bicara Kerajaan Balanipa Mandar, Syamsuddin Ahmad, menyatakan bahwa masalah telah selesai dengan baik.

“Semoga kejadian ini menjadi pelajaran dan justru menjadi pemantik lahirnya karya-karya yang lebih monumental,” tutupnya. (rls/bm/*)