Kemiskinan Ekstrem Sulbar, Refleksi Realita di Balik Angka

Hirlan Khaeri, S.ST., M.Stat. (BPS Sulawesi Barat)

Pernyataan pejabat Gubernur Sulbar, Zudan Arif Fakrulloh, tentang dua langkah besar penurunan tingkat kemiskinan—mengurangi pengeluaran dan menambah pendapatan masyarakat—adalah langkah rasional. Namun, dalam dunia yang terus berubah, solusi yang efektif haruslah dinamis. Kita perlu menantang diri kita untuk mempertimbangkan sejauh mana program-program ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang tak terduga.

Program subsidi dan peningkatan lapangan pekerjaan, sebagai langkah-langkah konkret, memang memiliki potensi besar. Akan tetapi, efektivitasnya perlu dievaluasi secara terus-menerus.

Prinsip “kata dibalik angka” perlu tetap kita genggam agar pencapaian cita-cita mensejahterakan masyarakat dapat benar-benar berhasil diwujudkan.

Kita percaya bahwa “Statistik bukan hanya tentang angka, tetapi tentang cerita di balik angka tersebut.” Kita perlu menangkap realitas hidup masyarakat Sulbar melalui lensa data. Hal ini untuk memahami dampak nyata dari kebijakan pemerintah yang dilakukan.

Di sisi lain, kita juga perlu mempertimbangkan fenomena yang berpotensi menjadi determinan penyebab perubahan yang terjadi. Kedua hal ini mutlak menjadi perhatian agar kita tidak terjerembab pada bias pemahaman.

Optimalkan potensi, akselerasi dengan teknologi Peran signifikan sektor pertanian, ladang, dan perikanan dalam ekonomi Sulbar, seperti yang disoroti oleh Prof Zudan, menegaskan pentingnya menghargai akar budaya dan ekonomi lokal dalam menyelesaikan masalah sosial. Akan tetapi, dalam menghadapi masa depan yang tak pasti, kita juga harus membuka diri terhadap inovasi dan diversifikasi ekonomi. Masyarakat mau tidak mau harus siap dan mau beradaptasi dengan transformasi teknologi informasi yang terus bergulir.

Inklusi digital yang dicanangkan kementerian kominfo, bisa saja menjadi solusi percepatan pertumbuhan ekonomi dan perubahan kultur konvensional.
Pemerintah, secara masif dan berkesinambungan, perlu meningkatkan literasi masyarakat akan pentingnya data karena bahan bakar utama transformasi teknologi informasi tidak lain dan tidak bukan adalah data.

Kita bisa meraih keunggulan, mengubah kondisi sosial, dan merancang masa depan lebih baik dengan data yang berkualitas yang mampu mencerminkan realitas dengan jernih.

Dengan capaian yang saat ini sudah diraih, pemerintah Sulawesi Barat perlu terus mempertahankan konsistensi prestasi seperti ini, sehingga bukan tidak mungkin target Zero Extreem Poverty (ZEP) nasional dimulai dari tanah Sulbar yang maju malaqbiq. (*)