Kebenaran Bunyi dalam Serruq Kopi

Kopi dikalangan kaum kristiani di zamannya dianggap suguhan spesial dan istimewa, atau sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu-tamu Arab saat itu, sehingga kopi populer dan menjadi minuman berharga sampai hari ini. Terlepas dari manfaatnya orang-orang mulai memburu dan menjadikan minuman ini sebagai minuman utama.

Selain itu dalam sejarah panjangnya penggemar kopi setiap saat dipertemukan cerita legenda mitos Ethiopia, atau Khaldi dan Kambing Menari, Khaldi menemukan kambingnya sedang menari-nari, penyebabnya oleh buah bery ke merah merahan yang sudah dimakannya, Khaldi penasaran dan juga mencobanya, Khaldi begitu terkejut ia malah bersemangat seakan mendapatkan kekuatan, khaldipun bercerita pengalaman pada Petapa atau Biarawan, seketika juga dicobanya, namun terasa pahit. Petapa mulai mengolahnya dengan memanggang buah ajaib itu dan menaruh air kemudian diminumnya.

Lain lagi cerita Oemar si Tabib Sufi, menyembuhkan segala penyakit disertai dengan doa, tapi Oemar terpaksa jauh dari kota Mocha, sebab raja tak menyukai kepopulerannya, ia memilih tinggal di Goa, saat mengalami kelelahan, haus dan lapar, si Tabib seolah menerima petunjuk dari Tuhan dengan dilihatnya buah asing atau buah bery kemerah merahan, ia memakannya dan seketika seluruh badannya pulih dan bersemangat..dari sini kemudian ia mengolahnya menjadikannya sebagai obat.

Menikmati kopi bukan sekedar nikmat dalam tenggorokan, melainkan juga karena cita dan cinta pada pandangan pertama, tidak terkecuali oleh aroma yang begitu mengiurkan, termasuk di Mandar Sulawesi.

Mandar tak ketinggalan zaman untuk hal yang satu ini, dalam kopi, Mandar mengenal metode Serruq, disebut sebagai Serruq Penaqding, Serruq Pappinyamang, atau mungkin inilah yang disebut seduh nikmat atau seduh bernyawa. Dalam Serruq itu sesungguhnya terdapat bunyi spesial, apa lagi dilakukan dalam penyeduan kopi.

Bunyi serruq, menandai seseorang dalam kenikmatan, yang sesungguhnya tinjauannya terdapat pada pelajaran penting dalam memahami hakikat kehidupan yang nikmat. Ketika serruq dipahami sebagai pernyataan cinta pada sesuatu, maka kemungkinan orang-orang dalam bunyi serruq tidak lepas dari apa yang sedang di serruq. Atau mencoba menyikapi dirinya sebagai bentuk penghormatan kepada hal hal yang telah menyediakan kenikmatan dalam kopi.

Serruq sebuah kata biasa tapi bukan biasa-biasa, oleh orang Mandar menaruh perhatian padanya sebagai mantra, boleh jadi dalam klasifikasi ini, kemudian kemurnian seseorang terlihat seperti sedang dalam pandangan keyakinan, keyakinannya menjumpai banyak makna yang begitu penting untuk disikapi dengan segala kemurniannya, atau kecintaannya pada sesama termasuk perjalanan panjang Kopi datang ke Indonesia dan Mandar pada khususnya.

Orang Mandar menyeduh Kopi, seakan mengingat bagaimana perjuangan rakyat Ethiopia menanam kopi, lalu Arab menemukannya, Eropa memanfaatkan dengan segala cara, Indonesia mengambil hikmahnya, hingga penduduk di muka bumi ini merasakan kenikmatannya.

Orang Mandar pada bunyi serruq sebagai serruq, sebagai Mantra dalam meyakinkan dirinya, sebagai pelaku tawadhu, tawadhu pada gurunya, tawadhu pada sesama manusia, tawadhu pada makhluk, tawadhu pada Alam, atau sebagai manusia yang mengerti dari mana asalnya.

Kopi mengajarkan betapa kehadirannya memunculkan kedamaian bagi siapa saja, meski pada prosesnya ada yang bahagia ada pula yang menderita. Dari sini orang Mandar melakukan bunyi Serrruq persis dengan yang dilakukan oleh pendahulunya, dan mencoba memahami betapa penting dalam menjaga tatanan penghargaan. Bunyi serruq tak pernah bohong, seperti ketika rasa dikaitkan dengan sesuatu yang tak pernah bohong. Bunyi serruq dalam serruq Kopi, menjelaskan kebenarannya sebagai kebenaran bunyi dalam serruq Kopi.