MANDARNESIA.COM, Majene — Indonesia kaya akan jenis ikan, salah satunya ikan sori (trisoluris) yang melimpah pada musim tertentu di perairan Sendana, Majene. “Sayangnya potensi ini belum optimal dalam pengolahan,” sebut Dr. Tenriwae, M.Si. Wakil Dekan 1 Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Sulawesi Barat di Tallu Banua, Sendana saat menghadiri program pengabdian masyarakat, Ahad (18/6/2023).
Program kemitraan antara dosen dan masyarakat Tallu Banua diharapkan dapat membantu meningkatkan keterampilan perempuan melalui pelatihan pembuatan olahan ikan sori. Jenis ikan ini disebutnya belum dioptimalkan padahal sering melimpah dari perairan Tallu Banua, Sendana.
“Potensi ikan sori itu sangatlah besar untuk dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan aneka produk perikanan agar membeli nilai tambah,” terang Dr. Muhammad Nur, Ketua Panitia Kegiatan Pengabdian Masyarakat Jurusan Perikanan Unsulbar yang digelar di Desa Tallu Banua, Sendana, Ahad (18/6/2023).
Kali ini, jurusan Perikanan Unsulbar memberi pelatihan pengolahan ikan sori yang bernilai jual, aman dan sehat dikonsumsi. Produk yang dihasilkan bakso ikan sori dijamin dapat memiliki daya saing dengan olahan bakso lainnya. Nilai gizi ikan sori cukup tinggi.
“Bakso ikan ini memiliki rasa yang enak, kandungan gizinya pun lebih baik dari bakso daging. Kami juga memberi pelatihan pengemasan dan pelabelan agar pangsa pasarnya meluas,” ujar Muhammad Nur dosen Unsulbar yang juga hadir sebagai pemateri.
Pemateri lainnya Husnia Kamaruddin, M.Si. menjelaskan bakso ikan sori memerlukan bahan seperti daging ikan sori, air es, putih telur, kaldu ayam bubuk, gula pasir, merica, garam dan telung tapioka. “Kelebihan bakso ini dibanding ikan lainnya adalah rasanya yang khas, warna putihnya lebih menarik, dan sangat bergizi,” promo Husnia via rilis yang dikirim ke mandarnesia.com.
Bagi warga Tallu Banua, bakso ikan sori merupakan hal baru bagi mereka. “Kami baru tahu kalau ikan sori dapat dibuat menjadi bakso. Pelatihan ini sangat membantu, semoga dapat menjadi sumber pendapatan kami,” sebut Yuni Annisa anggota Kelompok Perempuan Nelayan Tallu Banua. (lis/wm/*)