Mandarnesia.com — Ikatan Guru Indonesia (IGI) terus melebarkan sayapnya. Semua kabupaten disasar, termasuk Sigi, sebuah kabupaten pemekaran dari Donggala, Sulawesi Tengah. Kabupaten terdekat dari ibu kota Sulawesi Tengah ini perlahan tapi pasti mencoba mengubah mindset guru-guru agar mau meningkatkan kompetensi tanpa menunggu komando dari atasan.
Dalam bulan Agustus, Sigi mengadakan dua kali pelatihan. Terhitung sudah tiga kanal yang dilaksanakan di Sigi, yakni Menemu Baling, Sagusaku dan Sagumanisan. Peserta pelatihan mungkin tidak se-membludak kabupaten lain di Sulawesi Tengah. Namun yang perlu diketahui, pergerakan IGI Sigi pelan tapi pasti menyebar dan meluas ke semua kalangan. Bahkan di jajaran pejabat daerah.
Pada pelaksanaan Menemu Baling yang mendatangkan coach Suparno, pembukaan kegiatan dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sigi. Kepala Dinas berjanji akan mendukung kegiatan-kegiatan IGI.
Selanjutnya, Jumat 24 Agustus 2018, Wakil Bupati Kabupaten Sigi berkenan hadir dan memberikan sambutan dalam acara pelantikan Pengurus Daerah IGI Kabupaten Sigi. Pelantikan dirangkaikan dengan dua pelatihan, Workshop Sagumanisan dan Workshop Sagusaku. Kedua acara ini dihadiri 50-an guru. Sebagian belum menjadi anggota IGI dan oleh pengurus daerah langsung dimintai data diri beserta foto.
Workshop Sagumanisan yang dibawakan coach IGI Daerah Fadli alumni ToC Palu dilaksanakan Jumat setelah pelantikan. Sementara workshop Sagusaku yang berlangsung keesokan harinya dilaksanakan seharian penuh. Materi yang dibawakan oleh Coach Nasional Sagusaku, Mira Pasolong diberikan dalam tiga sesi, yakni motivasi menulis, kiat menulis dan menerbitkan buku, dan praktek menulis. Namun sebelum memberikan materi pelatihan, terlebih dahulu Mira Pasolong memaparkan kanal-kanal pelatihan yang dimiliki oleh Ikatan Guru Indonesia.
Materi pertama, Motivasi Menulis diberikan untuk memantik semangat guru-guru menghasilkan tulisan. Memberi bukti-bukti bahwa menulis bukan pekerjaan yang sulit bagi seorang guru, dan IGI melalui kanal Sagusaku bersedia membantu guru-guru mewujudkan mimpi memiliki karya berupa buku.
Saat sampai pada praktek menulis, semua peserta tampak serius. Sebagian besar bergeser dari tempat semula untuk mencari posisi yang lebih nyaman dalam menyakurkan ide. Ketua IGI Sigi, Yoas, yang juga Kepala SMKN I Sigi, tempat berlangsungnya kegiatan, juga turut serta menulis. Ia menjadi orang pertama yang berhasil menulis artikel sepanjang tiga halaman.
Kabupaten Sigi merupakan daerah sasaran PP IGI. Karena itu maka coach nasional yang diturunkan, selain melatih juga berkewajiban menambah jumlah anggota IGI di daerah sasaran. Alhamdulillah dari 50 an peserta, meski belum semuanya terdaftar, namun semua sudah menyerahkan data dan mengisi formulir. Pengurus Daerah yang kemudian bertugas untuk mendaftarkan dan menginputnya di sistem informatika IGI.
IGI hadir demi peningkatan kompetensi guru di semua tingkatan. Kehadiran IGI di Kabupaten Sigi diharapkan mampu membawa angin baru yang lebih segar untuk dunia pendidikan. Guru-guru sesungguhnya selalu ingin berkembang, namun terkadang tak menemukan wadahnya. Keberadaan IGI menjadi solusi atas hal tersebut. Maka tidaklah mengherankan jika peserta workshop bukan hanya berasal dari sekolah perkotaan, tetapi juga dari daerah 3T.
Sebutlah misalnya Bu Nurseha. Guru SMP ini mengajar berpuluh-puluh kilometer dari ibu kota Sigi. Sekolah dengan fasilitas yang sangat minim, termasuk bahkan belum ada listrik. Kekurangan itu membuat ibu yang selalu ceria ini bersemangat untuk meningkatkan kompetensi diri demi anak didiknya. Ia ingin menghasilkan peserta didik yang berkualitas. (*)