Keterlibatan Andi Depu ini menjadikan sebagian bangsawan tinggi di Kerajaan Balanipa terjun langsung. Abdul Malik, adik kandung Andi Depu juga diangkat menjadi panglima Kelaskaran Kris Muda. Markas Kelaskaran Kris Muda Mandar dipusatkan di rumah kediaman Andi Depu setelah memutuskan untuk meninggalkan istana karena berseberangan dengan suaminya yang pro pada penjajah. Andi Depu secara resmi bercerai dengan suaminya pada bulan Agustus 1945.
Perjuangan semakin kuat dengan banyaknya kepala-kepala kampung ikut pula di dalam Kelaskaran Kris Muda Mandar. Keterlibatan mereka telah pula menarik penduduk kampung untuk ikut melibatkan diri. Mereka inilah yang menjadi benteng pertahanan ketika para pimpinan dan anggota kelaskaran melakukan serangan-serangan mendadak atas orang-orang Belanda dan juga pasukan KNIL. Mereka turut membantu, tidak saja perbekalan, tetapi juga bertindak sebagai mata-mata.
Bukan hanya itu, para guru pangaji juga banyak yang mendaftarkan diri menjadi anggota Kelaskaran Kris Muda Mandar, termasuk guru-guru sekolah. Mereka banyak yang bertindak sebagai mata-mata. Nama Andi Depu tidaklah asing bagi kebanyakan tokoh-tokoh pejuang. Sebagai seorang permaisuri dari Kerajaan Balanipa, nama Andi Depu dikenal luas. Pada waktu dilakukan pertemuan di rumah kediaman Andi Mappanyukki pada tanggal 15 Oktober 1945, Andi Depu juga hadir dalam pertemuan itu. Namanya semakin dikenal, karena usaha-usaha yang dilakukan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Sepak terjang yang ditunjukkan oleh Andi Depu, menarik perhatian bagi banyak pejuang yang berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan. Di kota Pare-Pare telah bermunculan organisasi-organisasi yang khusus dibentuk untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan.
Peda saat penangkapan Ratulangi dan kawan-kawan yang mengundang kemarahan banyak orang, tidak lepas dari para pimpinan kelaskaran yang ada di wilayah ini. Selain pernyataan keras dan mengutuk yang dilontarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, pernyataan dan protes keras juga datang pula dari para pejuang yang ada di wilayah ini. Mereka mengutuk tindakan itu. Penangkapan itu tidak menyurutkan tekad para pejuang yang ada di wilayah ini. Penangkapan yang dilakukan oleh pihak Belanda atas diri Ratulangi, adalah bagian dari upaya untuk memuluskan jalannya rencana untuk mengadakan konperensi.
Pada waktu Ratulangi dan seluruh staf intinya dalam BPKR ditangkap dan kemudian diasingkan ke luar Sulawesi. Tiga bulan kemudian, pimpinan kelaskaran mulai melakukan berbagai cara untuk membangun kekuatan. Secara teratur pimpinan Kelaskaran Kris Muda Mandar mulai mengirim pemuda secara teratur ke luar Mandar menuju Pulau Jawa. Abdul Malik yang lebih awal berangkat bertugas untuk menampung para pemuda yang berasal dari daerah Mandar. Namun, pengiriman yang dilakukan, baik secara resmi seperti Manai Sophian dan Andi Mattalatta, sangat membantu para pemuda yang setibanya di Pulau Jawa. Orang-orang Mandar yang selama ini dikenal sebagai pelaut ulung yang tersebar di luar Mandar, juga melibatkan diri sehingga mereka yang ditugaskan ke Pulau Jawa menjadi sangat mudah menempuh perjalanan. Keterlibatan para pelaut itu juga yang menjadikan Kelaskaran Kris Muda memiliki cabang di wilayah Kalimantan. (Bersambung)