Ibu Agung Hj. Andi Depu : Simbol Perlawanan Rakyat dan Nasionalisme

Dalam Perjuangan Andi Depu Bersama Pemuda dan Ulama (Bagian 9)

Catatan : Muhammad Munir

Perkembangan politik yang tidak menentu di seluruh wilayah Indonesia, membuat perkembangan politik yang semakin tidak jelas. Pasukan Sekutu tampaknya mulai mengenyampingkan pemerintah Indonesia yang dianggapnya tidak becus. Munculnya perlawanan dibanyak tempat yang dilakukan oleh para pemuda pejuang, membuat tentara Sekutu semakin mendekat dengan pasukan NICA dan KNIL nya.

Kondisi yang demikian ini, membuat Riri Amin Daud dan Abdul Rahman Tamma menghubugi untuk membicarakan tentang perkembangan politik yang ada. Para pemuda, dalam hal ini mereka yang bergabung dalam Kris Muda Mandar, selalu berhubungan dengan Andi Depu dan Abdul Malik yang dianggap pendukung kuat Republik.

Pada waktu itu, Pemerintah Republik Indonesia menganggap bahwa perlawanan tidak bisa hanya dijalankan lewat diplomasi tetapi juga dalam bentuk perlawanan. Perubahan corak perlawanan ini, membuat Riri Amin Daud dan A.R. Tamma, dan pengurus Kelaskaran Kris Muda Mandar, mendekati Andi Depu agar mengambil alih kepengurusan Kris Muda Mandar. Perubahan taktik dan strategi perlawanan, membutuhkan orang yang memiliki pengaruh yang besar yang dapat menarik masyarakat untuk melibatkan diri.

Pada tanggal 21 Oktober I945, Kris Muda Mandar resmi menggunakan kata kelaskaran dan namanya berubah menjadi Kelaskaran Kris Muda Mandar. Pada awal pendiriannya pada tanggal 21 Agustus 1945, organisasi ini diketuai oleh Riri Amin Daud dan Wakil Ketua dipegang oleh A.R. Tamma, sedangkan sekretarisnya dipercayakan kepada Lappas Bali. Setelah organisasi ini berubah arah dan tujuannya dalam mempertaahankan kemerdekaan dengan menggunakan kata Kelaskaran Kris Muda Mandar, jabatan-jabatan yang ada dihilangkan dan diganti dengan istilah kemiliteran. Perubahan nama itu, menempatkan Andi Depu dan Abdul Malik, menjadi panglima dan sekaligus sebagai Ketua Kehormatan.