Organisasi Fujinkai ini dianjurkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial, serta latihan-latihan militer untuk berada pada garis belakang dalam pertahanan. Tugas-tugas yang diemban oleh Andi Depu, membuat dirinya harus selalu berada di luar rumah untuk menjalankan kewajibannya. Keadaan yang demikian ini pula, sehingga kehidupan rumah tangganya semakin retak. Pun Andi Pawiseang sendiri tidak terlalu respek dengan pergerakan yang dilakukan oleh istrinya.
Kendati demikian, Andi Depu merasa sangat menjiwai organisasi terutama pada pergaulannya dalam dunia luar yang juga membuatnya peka dalam beberapa perkembangan yang ada. Ketika Soekarno mendirikan organisasi Sudara sebagai antisipasi akan janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan, hampir semua daerah mendirikan cabang Sudara yang langsung dipimpin oleh para penguasa di wilayah itu. Cabang Sudara di Bantaeng ketuanya dijabat oleh Andi Manappiang; di Bulukumba dijabat oleh Andi Sultan Daeng Raja; di Maros dijabat oleh Abd. Hamid Daeng Manassa yang waktu itu Karaeng Turikale.
Di wilayah Mandar, selain Fujinkai ada juga Organisasi Angkata Pemuda Islam yang sengaja didirikan sebagai bagian dari upaya untuk mempersiapkan satu organisasi sehubungan dengan janji Jepang. Oganisasi ini anggotanya adalah para pemuda dan pemudi, yang dapat diandalkan dalam menghadapi persoalan yang mungkin akan terjadi. Organisasi yang didirikan oleh Andi Depu boleh dikatakan sesuatu yang baru, tapi ini juga merupakan kesempatan yang terbuka luas di depan matanya. Pada awal kehadiran Jepang, segala sesuatu yang berbau politik sama sekali dilarang. Akan tetapi, sejak Jepang mulai mendirikan organisasi semimiliter, misalnya Seinendan dan Keibodan, penguasa Jepang tidak lagi melarang dengan keras organisasi-organisasi yang melibatkan para pemuda.